Media Sosial

FOTO TERBARU

FOTO TERBARU
PASPOTO

FOTO TERBARU

FOTO TERBARU
PASPOTO

Harta Yang Paling Berharga adalah Keluarga

Mengenai Saya

Foto saya
Padangsidimpuan, Sumatera Utara, Indonesia
IRSAN SIHOMBING

REKAP PEMILU 2019 TK. KECAMATAN ANGKOLA SELATAN

REKAP PEMILU 2019 TK. KECAMATAN ANGKOLA SELATAN
DIRIKU

Sabtu, 16 November 2019

Tugas TT III ABK


Jawab No. 1
Ada 3 jenis strategi pembelajaran yang menekankan pada ada tidaknya interaksi antar siswa, yakni :

1.Strategi Pembelajaran Kooperatif
Penerapan strategi pembelajaran kooperatif paling efektif pada kelompok murid yang memiliki kemampuan heterogen. Dalam pendidikan yang mengintegrasikan anak tunagrahita belajar bersama anak normal, misalnya. Strategi pembelajaran ini akan lebih relevan dengan kebutuhan anak tunagrahita yang kecepatan belajarnya tertinggal dengan anak normal. Strategi pembelajaran ini bertitik tolak dari semangat kerja saja, dimana mereka yang lebih pandai dapat membantu temannya yang masih mengalami kesulitan dalam suasana keakraban dan kekeluargaan
2. Strategi Pembelajaran Kompetitif
Pada hakikatnya setiap individu memiliki kebutuhan untuk mencapai prestasi dan mendapat penghargaan. Dengan adanya kebutuhan tersebut, maka tumbuhlah motivasi belajar anak untuk meraihnya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran kompetitif.
3.Strategi Pembelajaran Individual atau Individualisasi Pengajaran
                Pengajaran Individual adalah pengajaran yang diberikan kepada murid – murid seorang demi seorang atau secara terpisah.

Jawab No. 2
A.      TUJUAN PENDIDIKAN ANAKTUNADAKSATujuan pendidikan anak tunadaksa mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991 agar peserta didik mampumengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.
7 aspek yang diadaptasikan sebagai berikut.
1. Pengembangan Intelektual dan AkademikPengembangan aspek ini dapat dilaksanakan secara formal di sekolah melalui kegiatan pembelajaran. Di sekolah khusus anak tunadaksa (SLB-D) tersedia seperangkat kurikulum dengan semua pedoman pelaksanaannya, namun hal yang lebih penting adalah pemberian kesempatan dan perhatian khusus pada anak tunadaksa untuk mengoptimalkan perkembangan intelektual dan akademiknya.
2. Membantu Perkembangan FisikOleh karena anak tunadaksa mengalami kecacatan fisik maka dalam proses pendidikan guru harus turut bertanggung jawab terhadap pengembangan fisiknya dengan cara bekerja sama dengan staf medis. Hambatanutama dalam belajar adalah adanya gangguan motorik.Oleh karena itu, guru harus dapat mengatasi gangguan tersebut sehingga anak memperoleh kemudahan dalam mengikuti pendidikan. Guru harus membantu
memelihara kesehatan fisik anak, mengoreksi gerakan anak yang salah dan mengembangkan ke arah gerak yang normal.
3 Meningkatkan Perkembangan Emosi dan Penerimaan Diri AnakDalam proses pendidikan, para guru bekerja sama dengan psikolog harus menanamkan konsep diri yang positif terhadap kecacatan agar dapat menerima dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif sehingga dapat mendorong terciptanya interaksi yang harmonis.
4. Mematangkan Aspek Sosial Aspek sosial yang meliputi kegiatan kelompok dan kebersamaannya perlu dikembangkan dengan pemberian peran kepada anak tunadaksa agar turut serta bertanggung jawab atas tugas yang diberikan serta dapat bekerja sama dengan kelompoknya.
5. Mematangkan Moral dan SpiritualDalam proses pendidikan perlu diajarkan kepada anak tentang nilai-nilai, norma kehidupan,dan keagamaan untuk membantu mematangkan moral dan spiritualnya.
6. Meningkatkan ekspresi diri Ekspresi diri anak tunadaksa perlu ditingkatkan melalui kegiatan kesenian, keterampilanatau kerajinan.
7 Mempersiapkan Masa Depan AnakDalam proses pendidikan, guru dan personel lainnya bertugas untuk menyiapkan masa depan anak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membiasakan anak bekerja sesuai dengan kemampuannya, membekali mereka dengan latihan keterampilan yang menghasilkan sesuatu yang dapat dijadikan bekal hidupnya.

Jawab No. 3
Pengklasifikasian anak tuna laras banyak ragamnya antara lain sebagai berikut:
  1. Klasifikasi yang dikemukakan oleh Rosembera dkk (1992) adalah anak tuna laras dapat dikelompokkan atas tingkah laku yang beresiko tinggi dan rendah; yang berisiko tinggi, yaitu hiperaktif , agresif, pembangkang, delinkuensi dan anak yang menarik diri dari pergaulan sosial, sedangkan yang berisiko rendah yaitu autisme dan skizofrenia.
  2. Sistem klasifikasi kelainan perilaku yang dikemukakan oleh Quay (  1979) dalam Samuel A. Kirk and James J. Gallagher  (1986) yang dialihbahasakan oleh Moh. Amin, dkk (1991:51) adalah sebagai berikut:
a.    Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau  (conduct  Disorder) mengacu pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan dengan polisi dan guru, kejam, jahat, suka menyerang, dan hiperaktif.
b.   Anak yang cemas-menarik diri (anxious-withdraw) adalah anak yang pemalu, takut-takut, suka menyendiri, peka dan penurut. Mereka tertekan batinnya.
c.   Dimensi ketidakmatangan (immaturity) mengacu pada anak yang tidak ada perhatian, lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam. Mereka mirip seperti anak autistik.
d.   Anak agresi sosialisasi  (socializ aggressive) mempunyai ciri atau masalah perilaku yang sama dengan gangguan perilaku yang bersosialisasi dengan “geng” tertentu. Anak tipe ini termasuk dalam perilaku pencurian dan pembolosan. Mereka merupakan suatu bahaya bagi masyarakat umum.

Secara umum anak tuna laras menunjukkan ciri-ciri tingkah laku yang ada persamannya pada setiap klasifikasi yaitu kekacauan tingkah laku, kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa, dan agresif

2 komentar: