Media Sosial

FOTO TERBARU

FOTO TERBARU
PASPOTO

FOTO TERBARU

FOTO TERBARU
PASPOTO

Harta Yang Paling Berharga adalah Keluarga

Mengenai Saya

Foto saya
Padangsidimpuan, Sumatera Utara, Indonesia
IRSAN SIHOMBING

REKAP PEMILU 2019 TK. KECAMATAN ANGKOLA SELATAN

REKAP PEMILU 2019 TK. KECAMATAN ANGKOLA SELATAN
DIRIKU

Selasa, 14 April 2020

LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP) PDGK-4501


LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP)
PDGK-4501


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI POKOK 
NILAI-NILAI PANCASILA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
DAN MEDIA GAMBAR DI KELAS V SDN NO. 100201
SIMARPINGGAN KABUPATEN TAPANULI
SELATAN TAHUN PELAJARAN 2019/2020

         

                    






OLEH :
NAMA                : IRSAN SIHOMBING   
NIM                    : 855948139
PRODI               : S.1 PGSD
POKJAR            : PARGARUTAN
KABUPATEN : TAPANULI SELATAN


UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ)
UNIVERSITAS TERBUKA (UT)
MEDAN
2019
BAB I


PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Tujuan Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah mencerdasakan kehidupan bangsa. Merdeka belajar artinya unit pendidikan yaitu Sekolah, Guru, Siswa punya kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar mandiri, dan kreatif. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.
Berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian awal pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas V SDN No. 100201  Simarpinggan mengenal makna lambang pancasila. Hasil evaluasi menunjukkan dari 25 siswa hanya 14 orang yang mendapat nilai >KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau sama dengan 56 %, sedangkan sisanya 11 orang mendapat nilai dibawah KKM. Jadi siswa yang belum menguasai materi pelajaran sebanyak 44 %. KKM Mata Pelajaran PKn di SDN No. 100201 Simarpinggan adalah 70.
Dilihat dari hasil evaluasi yang menunjukkan masih banyaknya siswa yang belum menguasai materi pelajaran dan belum tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka penulis mengadakan perbaikan pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang maksimal. Kegiatan perbaikan ini dilaksanakan melalui "Penelitian Tindakan Kelas" (PTK). Menurut Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto (dalam Wardhani:2008) tujuan PTK adalah memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir belajar siswa. Dengan adanya PTK kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dapat diperbaiki, hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Pokok  Nilai-Nilai Pancasila dengan Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) dan Media Gambar di Kelas V SDN No. 100201 Simarpinggan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun Pelajaran 2019/2020”.
1.    Identifikasi Masalah
Hasil identifikasi masalah yang di dapat adalah:
a.    Motivasi belajar siswa kurang
b.    Pemahaman siswa tentang materi nilai pancasila yang disampaikan kurang
c.    Siswa tidak fokus dalam pembelajaran
d.   Perhatian siswa terhadap pelajaran kurang
e.    Siswa terlalu pasif dalam pembelajaran
f.     Siswa belum terbiasa dengan media gambar dalam proses pembelajaran.
2.    Analisis Masalah
Setelah di diskusikan dengan supervisor diketahui bahwa faktor penyebab siswa kurang menguasai materi pembelajaran yang diajarkan adalah:
a.    Media dan Metode yang digunakan terlalu monoton, sehingga perlu untuk mengganti metode dengan lebih variatif.
b.    Kurangnya motivasi dari guru sehingga minat belajar siswa kurang
c.    Guru kurang memberikan kesempatan siswa dalam bertanya.
d.   Kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disajikan
3.    Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah diatas, langkah selanjutnya guru merencanakan alternatif pemecahan masalah, untuk memperbaiki proses pembelajaran maka peneliti mengambil beberapa alternatif pemecahan masalah diantaranya :
a.    Penggunaan Model Numbered Head Together (NHT) dan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b.    Memberikan motivasi kepada siswa
c.    Pengelolaan kelas yang  berfokus pada cara belajar siswa aktif.
Dilihat dari mata pelajaran dan karakteristik materi pelajaran yang akan diajarkan maka penulis mengambil prioritas pemecahan masalah, yaitu “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Pokok  Nilai-Nilai Pancasila dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)  dan Media Gambar di Kelas V SDN No. 100201 Simarpinggan Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun Pelajaran 2019/2020”.

B.        Rumusan Masalah
Bagaimana Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Pokok Nilai-Nilai Pancasila dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Media Gambar di Kelas V SDN No. 100201 Simarpinggan Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun Pelajaran 2019/2020?

C.       Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Secara umum tujuan perbaikan ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Pokok Nilai-Nilai Pancasila dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Media Gambar di Kelas V SDN No. 100201 Simarpinggan Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun Pelajaran 2019/2020.

D.       Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.      Bagi siswa : Siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Meningkatkan hasil belajar siswa, dapat menumbuhkan sikap kritis terhadap hasil belajar.
2.    Bagi Guru: Memberikan arahan dan pedoman dalam proses belajar mengajar yang kaitannya dengan variasi pembelajaran agar proses dan hasil belajar siswa baik. Sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam menentukan media pembelajaran atau pendekatan yang tepat. Membantu guru meningkatkan proses pembelajaran di kelasnya, sebagai upaya meningkatkan proses dan hasil belajar siswa
3.      Bagi Sekolah: Sebagai sumbangan pemikiran untuk usaha-usaha peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar, khususnya SDN No. 100201 Simarpinggan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.      Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman,sikap dan tingkah laku, keterampialan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Belajar adalah sesuatu proses yang komplek yang terjadi pada setiap orang dan berlangsung seumur hidup. Semenjak dia lahir sampai keliang lahat nanti, salah satu tanda orang belajar adanya perubahan tingkah laku pada dirinya, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (konitif) dan keterampilan( psikomotor) maupaun yang menyangkut nilai dan sikap(efektif).
Menurut Wina Sanjaya (2010:112), “Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari”.
Beberapa ciri belajar, seperti yang dikutip oleh Hamdani (2010:22) adalah sebagai berikut :(1)belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini digunakan sebagai  arah kegitan, sekaligus tolak ukur keberhasilan belajar. (2) belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada arang lain. Jadi, belajar bersifat individual. (3) belajar merupakan proses interaksi individu dan likungan. Hal ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu. (4) belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahantersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam asfek kognitif, afektif, dan Psikomotorik yang terpisah satu dengan yang lainnya.

B.       Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya mata pelajaran saja tapi juga penugasan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, macam-macam ketrampilan dan cita-cita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil belajar disebut juga prestasi belajar. Kata hasil belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu hasil dan belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
Menurut Winkel dalam Sunarto (2009) yang menyatakan bahwa hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran yaitu untuk memperoleh hasil belajar. Menurut Patta Bundu (2006:15), hasil belajar seseorang sering tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam setiap tingkah lakunya. Hasil belajar menurut Bloom (Suharsimi Arikunto, 2005:76) dibagi dalam 3 (tiga) ranah yakni :
a.    Ranah kognitif: kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran;
b.    Ranah psikomotor: kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik;
c.    Ranah afektif: berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.
Berdasarkan definisi diatas maka hasil belajar merupakan perubahan kemampuan pada manusia sebagai hasil dari proses belajar sehingga bertambah pengetahuannya baik yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor setelah siswa melakukan pengalaman belajar. Hasil belajar di tandai dengan proses tidak tahu menjadi tahu.

C.      Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Seperti sudah disampaikan sebelumnya bahwa PKP dituntut untuk melakukan perbaikan peningkatan kualitas pembelajaran di kelasnya masing-masing dengan menerapkan kaidah dan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas (PTK). Oleh karena itu, berikut akan disajikan secara singkat hakikat PTK dan menyamakan persepsi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan PKP.
PTK adalah proses penelitian sistematis yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi tentang bagaimana guru dan siswa belajar serta melakukan tindakan untuk memperbaikinya. PTK juga dapat diartikan proses penelitian yang sitematis dan terencana melalui tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sendiri.
Guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas karena alasan sebagai berikut (Wardani dkk, 2005)
1.    Guru mempunyai otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya
2.    Temuan sebagai penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh para peneliti sering sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran.
3.    Guru adalah seorang yang paling mengetahui kelasnya
4.    Interaksi guru-siswa berlangsung secara unik
5.    Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan PTK di kelasnya.
Dengan melakukan PTK guru memperoleh banyak manfaat, menurut (Wardani dkk, 2005) manfaat PTK bagi guru antara lain :
1.    Membantu guru memperbaiki pembelajaran
2.    Membantu guru berkembang secara professional
3.    Meningkatkan rasa percaya diri guru
4.    Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Di samping manfaat yang diperoleh, PTK memilik keterbatasan yaitu:
ü Kesahihan atau validitasnya yang masih sering disangsikan
ü Tidak dapat melakukan generalisasi karena sampel sangat terbatas
ü Peran guru yang sekaligus bertidak sebagai pengajar dan peneliti sering membuat guru menjadi sangat repot.
Keterbatasan tersebut hendaknya bukan menjadi penghalang bagi guru untuk melaksanakan PTK tetapi justru menjadi tantangan bagi guru untuk menemukan berbagai kiat dalam melaksanakan PTK. Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan “tidak dapat melakukan regeneralisasi” adalah dengan pemberian informasi yang komprehensif tentang kondisi subjek dan lokasi kelas yang diteliti, di samping berkolaborasi dengan guru lain dan teman sejawat.

D.      Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
PKP sebagai muara dari program S1 PGSD dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kemampuan professional guru SD dalam mengelola pembelajaran. Sebagai seorang professional, guru SD bertanggung jawab sebagai guru kelas yang mengajar lima bidang study (PKn, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA) dan atau mengajar secara tematik (untuk guru kelas I,II, dan III).
Pembelajaran dalam PKP dilakukan melalui belajar mandiri dan pembimbingan tatap muka. Mahasiswa melakukan belajar mandiri untuk memantapkan pemahaman perencanaan dan pelaksanaan PTK, berbagai teori pembelajaran yang berkaitan dengan masalah atau kondisi pembelajaran yang akan diperbaiki dan ditingkatkan, serta perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran.
Melalui penyediaan pengalaman belajar diharapkan akan terbentuk berbagai sikap positif pada guru sebagai dampak pengiring dari kegiatan PKP. Dengan melakukan latihan terbimbing untuk melakukan perbaikan pembelajaran di kelas secara berkelanjutan, rasa percaya diri dan kemampuan mahasiswa dan mengelola pembelajaran semakin mantap. Melakukan refleksi dan diskusi dengan sesame kolega, kepekaan mahasiswa terhadap masalah dan kondisi pembelajaran yang dihadapi sehari-hari menjadi meningkat.
Penilaian dalam PKP dilakukan melalui penilaian partisipasi dalam proses pembimbingan, penilaian unjuk kerja perbaikan pembelajaran, dan penilaian laporan peningkatan kualitas pembelajaran. Mahasiswa ditugaskan untuk merancang, melaksanakan, dan menilai perbaikan peningkatan kualitas pembelajaran sematu mata pelajaran eksak dan noneksak ata tematik dengan 2-3 siklus di sekolah masing-masing.


E.        Keterkaitan PTK dan PKP
PKP (Pemantapan Kemampuan Profesional) merupakan program kegiatan yang memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan kemampuan. Kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai mahasiswa setelah mengikuti PKP ialah mampu memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran bidang studi atau pembelajaran yang diajarkan di SD dengan menerapkan kaidah-kaidah penelitian tindakan kelas (PTK). PKP sebagai muara dari program S1 PGSD dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kemampuan professional guru SD dalam mengelola pembelajaran.
Pembelajaran dalam PKP dilakukan melalui belajar mandiri atau pembimbingan tatap muka. Mahasiswa melakukan belajar mandiri untuk memantapkan pemahaman perencanaan dan pelaksanaan PTK, berbagai teori dan prinsip pembelajaran yang akan diperbaiki dan ditingkatkan, serta perencanaan dan pelaksanan pembelajaran dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classrom Action Research, diartikan penelitian dengan tindakan yang dilakukan dikelas. Pendapat Suyadi (2012), PTK secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga kata yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian yaitu kegiatan mengamati suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu untuk menemukan data dengan tujuan meningkatkan mutu. Kemudian tindakan yaitu perlakuan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Dan kelas adalah tempat di mana sekelompok peserta didik menerima pelajaran dari guru yang sama.
Karakteristik  PTK menurut Sukardi (2011) yaitu:
a.     Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Permasalahan yang muncul di kelas dan usaha untuk memperbaiki dari permasalahan tersebut muncul dari dalam guru sendiri secara alami, bukan dari dan oleh orang lain.
b.      Penelitian melalui refleksi diri (self-reflection inquiry). PTK mensyaratkan guru mengumpulkan data dari apa yang telah dilakukannya sendiri (bukan bersumber dari orang lain) melalui refleksi diri untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang telah dilakukannya dan mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan-tindakan yang dianggap sudah baik.
c.       Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.
d.      Langkah-langkah yang penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif. Siklus penelitian tersebutyang memiliki pola: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), refleksi (reflection), dan revisi (revision).
Tujuan PTK ini dapat dicapai dengan cara melakukan berbagai tindakan untuk memecahkan berbagai permasalahan pembelajaran yang selama ini dihadapi, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Oleh karena itu fokus utama penelitian tindakan kelas adalah terletak kepada tindakan-tindakan alternatif yang dirancang oleh guru kemudian di cobakan, dan dievaluasi untuk mengetahui efektivitas tindakan-tindakan alternatif itu dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru.

F.       Karakteristik Peserta Didik
Siswa Sekolah Dasar merupakan anak yang paling banyak mengalami perubahan sangat drastis baik mental maupun fisik. Gerakan-gerakan organ tubuh anak juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan munculnya keberanian mentalnya. Keberanian dan kemampuan ini, disamping karena perkembangan kapasitas mental, juga disebabkan oleh adanya keseimbangan dan keselarasan gerakan organ-organ tubuh anak.
Masa usia sekolah dianggap oleh (Syaiful, 2008: 124) sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Namun Suryosubroto tidak berani mengatakan pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk ke sekolah dasar. Hal tersebut ditentukan oleh kematangan anak tersebut bukan ditentukan oleh umur semata, namun pada umur antara 6 atau 7 tahun biasanya anak memang telah matang untuk masuk sekolah dasar. Sifat-sifat khas anak dapat di lihat sebagai berikut:
1.    Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah seperti yang disebutkan di bawah ini:
a. adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah
b. adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional
c. adanya kecenderungan memuji sendiri
d. suka membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting
f. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut:
a. adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis
b. amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar
c. menjelang masa akhir ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor
d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya
e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa karakteristik peserta didik sekolah dasar merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan peserta didik dalam kehidupannya setiap saat. Sehingga dengan demikian, watak dan perbuatan manusia tidak akan lepas dari kodrat dan sifat serta bentuknya yang berbeda-beda, maka tidak heran jika bentuk dan karakter peserta didik juga berbeda-beda.Pengertian Partisipasi Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi dari siswa dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan pembelajaran. Partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan bersama, bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut.
Suatu keterlibatan mental dan emosi itu, dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya. Partisipasi bisa diartikan sebagai ukuran keterlibatan anggota dalam aktivitas-aktivitas kelompok. Dalam prespektif psikologis, partisipasi bisa dimaknai sebagai kondisi mental yang menunjukan sejauh mana anggota kelompok bisa menikmati posisinya sebagai anggota kolektivitas, sehingga konsepsi partisipasi sangat erat dengan masalah kejiwaan.
Semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang maka semakin tinggi kemampuan partisipasinya. Dalam konteks pembelajaran di kelas, partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan aktif siswa dalam pemunculan ide-ide dan informasi, sehingga kesempatan belajar dan pengingatan materi bisa lebih lama.
Manfaat partisipasi siswa menurut Suryosubroto (2009: 297), yaitu:
1. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran
2.  Pengembangan potensi diri dan kreativitas
3. Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan yang diperlukan
4. Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun kepentingan bersama Aspek-aspek partisipasi yang perlu diamati dalam pedoman observasi aktivitas siswa dalam diskusi kelompok menurut Sudjana (2010: 97) adalah:
1. Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah
2. Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain
3. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
4. Motivasi dalam mengerjakan tugas
5. Toleransi dan mau menerima pendapat orang lain
6. Mempunyai tanggung jawab sebagai anggota kelompok
Berdasarkan aspek-aspek partisipasi yang perlu diamati dalam diskusi kelompok menurut Sudjana, peneliti menggunakan 4 indikator partisipasi. Alasan memilih 4 indikator tersebut adalah:
1. Indikator motivasi dalam mengerjakan tugas termasuk dalam aspek mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan motivasi dalam mengerjakan tugas
2. Indikator memberikan dan menanggapi pendapat termasuk dalam aspek memberikan pendapat untuk pemecahan masalah dan memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain
3. Indikator mempunyai toleransi termasuk didalamnya aspek toleransi dan mau menerima pendapat orang lain
4. Indikator mempunyai tanggung jawab termasuk dalam aspek mempunyai tanggung jawab sebagai anggota kelompok dalam hal ini adalah tanggung jawab individu dan kelompok
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa partisipasi belajar siswa merupakan suatu usaha yang dilakukan siswa dengan cara melibatkan diri secara aktif dalam pembelajaran yang ditujukan dengan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan dan menanggapi pendapat, mempunyai toleransi dan mempunyai tanggung jawab.

G.       Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa “mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.
Tarigan (2006:7) menyatakan bahwa PKn merupakan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku sehari-hari, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara dengan Negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara.
Proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarahkan pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia, yang menetapkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Soemantri (2007:1.25) PKn merupakan Pendidikan yang menyangkut status formal warga Negara yang awalnya diatur dalam undang-undang No. 20 tahun 1949 berisi tentang diri kewarganegaraan dan peraturan tentang naturalisis atau pemerolehan status sebagai warga Negara Indonesia.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang menyangkut status formal yang berfungsi melestarikan nilai luhur pancasila, mengembangkan dan membina manusia seutuhnya serta membina pengalaman dan kesadaran warga Negara untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang cerdas, trampil dan berkarakter.
  
H.       Materi Nilai-Nilai Pancasila
1. Arti Lambang Pancasila Sila ke 1





Bunyi Sila ke 1 Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Simbol pancasila sila pertama ini digambarkan sebagai Bintang yang memiliki lima sudut. Gambar bintang pada simbol Pancasila sila pertama memiliki arti sebagai sebuah cahaya, yaitu cahaya rohani yang dipancarkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Lambang Pancasila berbentuk Bintang ini juga diartikan sebagai suatu cahaya yang menerangi Dasar Negara yang lima (Pembukaan UUD tahun 1945 alinea 4), Sifat Negara yang lima (Pembukaan UUD tahun 1945 alinea 2), dan tujuan Negara yang lima (Pembukaan UUD tahun 1945 alinea 4).
Warna hitam pada latar belakang Bintang tersebut melambangkan warna alam. Warna latar belakang tersebut juga dapat dimaknai bahwa berkat rahmat Allah merupakan sumber segala yang ada di dunia ini.
2. Makna Lambang Pancasila Sila ke 2





Bunyi Sila ke 2 Pancasila adalah Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Simbol Pancasila sila kedua ini digambarkan dengan mata rantai emas berbentuk lingkaran dan persegi yang saling berkaitan hingga membentuk suatu lingkaran.
Mata rantai berbentuk segi empat merupakan lambang laki-laki, sedangkan mata rantai berbentuk bulat melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkaitan pada simbol tersebut melambangkan hubungan setiap manusia, dimana laki-laki dan perempuan saling membutuhkan dan harus bersatu agar dapat menjadi kuat seperti rantai.
Dengan kata lain, makna lambang Pancasila ini adalah hubungan antar individu di masyarakat Indonesia (baik laki-laki maupun perempuan) yang dilakukan secara adil dan beradab sehingga hubungan masyarakat secara keseluruhan menjadi lebih kuat.
 3. Arti Lambang Pancasila Sila ke 3


Bunyi Sila ke 3 Pancasila adalah Persatuan Indonesia. Simbol Pancasila sila ke 3 ini digambarkan dengan Pohon Beringin yang memiliki akar dan sulur. Lambang Pohon Beringin di sini memiliki makna bahwa Pancasila merupakan tempat berteduh/ berlindung bagi seluruh rakyat Indonesia agar merasa aman dan nyaman meskipun terdapat banyak perbedaan antar suku bangsa.
Sulur dan akar pada gambar Pohon Beringin tersebut adalah lembang dari keberagaman suku bangsa di Indonesia. Dengan kata lain, arti simbol Pancasila sila ke 3 adalah keanekaragaman suku bangsa di Indonesia yang bersatu dan berlindung di bawah Pancasila.
4. Arti Lambang Pancasila Sila ke 4





Bunyi Sila ke 4 Pancasila adalah Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Sila ke 4 ini dilambangkan dengan gambar Kepala Banteng. Banteng dikenal sebagai mahluk yang berjiwa sosial dan suka berkumpul dengan sesamanya sehingga kelompok Banteng menjadi semakin kuat dan dapat terhindar dari terkaman hewan pemangsa.
Simbol Kepala Banteng pada sila ke 4 Pancasila memiliki makna bahwa rakyat Indonesia merupakan mahluk sosial yang suka berkumpul dan bermusyawarah untuk bermufakat dan mengambil suatu keputusan. Dengan kata lain, segala keputusan yang diambil adalah hasil musyawaran dan mufakat bersama.
5. Arti Lambang Pancasila Sila ke 5
 






Bunyi Sila ke 5 Pancasila adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila ke 5 ini dilambangkan dengan gambar Padi dan Kapas. Simbol Padi dan Kapas pada sila ke 5 melambangkan kebutuhan dasar semua manusia untuk hidup, yaitu kebutuhan akan pangan dan sandang.
Kebutuhan pangan dan sandang rakyat yang terpenuhi dengan baik merupakan syarat utama agar suatu negara dapat mencapai kemakmuran. Hal inilah yang menjadi cita-cita pada sila ke 5 Pancasila tersebut.
6. Nilai-nilai dalam Pancasila
a.       Ketuhanan Yang Maha Esa
·     Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
·     Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
·     Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
·     Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
·     Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
·     Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
·     Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
·     Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
c.       Persatuan Indonesia
·     Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
·     Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
·     Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
·     Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
d.      Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
·     Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
·     Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
·     Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
·     Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e.       Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

·     Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
·     Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
·     Menghormati hak orang lain.
·     Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
·     Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

I.         Model Pembelajaran Numbered Head Together
1.    Pengertian Numbered Head Together (NHT)
Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di sekolah-sekolah adalah Numbered Head Together atau disingkat NHT, tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunkan sebagai bahan penelitian tindakan kelas (PTK).
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial : Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a)      Pembentukan kelompok;
b)      Diskusi masalah;
c)      Tukar jawaban antar kelompok
2.  Langkah-Langkah Pembelajaran NHT
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT).
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
3. Manfaat model pembelajaran NHT
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh  Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
1.    Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2.    Memperbaiki kehadiran
3.    Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4.    Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5.    Konflik antara pribadi berkurang
6.    Pemahaman yang lebih mendalam
7.    Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.    Hasil belajar lebih tinggi
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT
a. Kelebihan
· Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 
·  Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
·  Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan. 
·  Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.
b. Kelemahan
·  Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. 
·  Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai. 
·  Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
J.    Media Gambar
1.    Pengertian Media Gambar
Di antara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambarnya dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan gambar yang baik, sudah barang tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque projektor (Hamalik, 2011:95).
Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana (Sadiman, 2012:29). Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa, serta ukurannya relatif terhadap lingkungan (Soelarko, 2007:3).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah perwujudan lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda, pemandangan, curahan pikir atau ide-ide yang divisualisasikan kedalam bentuk dua dimensi. Bentuknya dapat berupa gambar situasi dan lukisan yang berhubungan dengan pokok bahasan berhitung.

2.    Fungsi Media Gambar
Melalui penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar- mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Secara garis besar, fungsi penggunaan media gambar adalah sebagai berikut :
a.    Fungsi edukatif, yang artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan;
b.    Fungsi sosial, memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang;
c.    Fungsi ekonomis, meningkatkan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal;
d.   Fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemediaan yang modern (Hamalik, 2011:12).

3.    Kelebihan Media Gambar
a.   Kelebihan Media Gambar
·      Sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal;
·      Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu;
·      Memperjelas masalah dalam bidang apa saja sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman;
·      Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita;
·      Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan (Sadiman, 2011:31).
ü Kekurangan Media Gambar
·      Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat terlihat oleh sekelompok siswa;
·      Gambar diintepretasikan secara personal dan subyektif;
·      Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran (Rahadi, 2003:27).
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.      Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu
1.    Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Kegiatan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran ini adalah Siswa Kelas V SDN No. 100201 Simarpinggan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian ini dilakukan di kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa terdiri atas 8 Laki-laki dan 17 Perempuan.
2.    Tempat
Kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran ini di lakukan di SDN No. 100201 Simarpinggan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan TP 2019/2020.
3.    Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
No
Hari/Tanggal
Materi Pokok
Keterangan
1
Selasa, 15 Oktober 2019
Ideologi Pancasila
Prasiklus
2
Kamis, 24 Oktober 2019
Kedudukan Pancasila
Siklus I
3
Selasa, 29 Oktober 2019
Makna Lambang dan Nilai-nilai Pancasila
Siklus II

4.    Pihak yang Membantu
Kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran yang berlangsung selama dua siklus pembelajaran dibantu oleh Ibu Hodriani M.Pd sebagai Supervisor 1, Ibu Rina Marlina S.Pd,SD sebagai Supervisor 2, Ibu Siti Masnun Panggabean S.Ag selaku Kepala Sekolah SDN No. 100201 Simarpinggan dan Bapak Hafri Sausar SH beserta Staf selaku Pengelola Pokjar Pargarutan UPBJJ-Medan.




B.       Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini melalui langkah siklus sebanyak dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu Perncanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting). (Suharsini Arikunto, 2006).

Gambar 3.1 Siklus PTK (Suharsini Arikunto, 2006).
 1. Prasiklus
a)      Perencanaan
ü Menentukan kelas subyek penelitian;
ü Menyiapkan rencana pembelajaran;
ü Menentukan fokus observasi dan aspek-aspek yang diamati;
ü Menentukan jenis data;
ü Menentukan pelaku observasi (observer), alat bantu observasi, pedoman observasi dan pelaksanaan observasi;
ü Menyusun instrumen penelitian;
ü Menetapkan kriteria keberhasilan.
b)     Pelaksanaan
Langkah-langkah pembelajaran yang penulis kembangkan adalah sebagai berikut:
ü Menyiapkan alat peraga gambar;
ü Siswa diminta mengidentifikasi media gambar yang terpasang di papan tulis;
ü Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi nilai-nilai lambang pancasila;
ü Siswa dan guru membuat kesimpulan.
c)      Pengamatan
ü Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal pembelajaran hingga akhir. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang indikator keaktifan dan ketrampilan proses yang telah disiapkan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya pembelajaran. Adakah permasalahan yang dihadapi siswa. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya proses pembelajaran pada individu-individu yang mampu dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
d)     Refleksi
ü Secara kolaboratif guru menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1;
ü Mendiskusikan hasil analisis berdasarkan hasil indikator pengamatan, membuat suatu perbaikan tindakan atau rancanngan revisi berdasarkan hasil analisis pencapaian indikator.
2.      Siklus I
a)   Perencanaan
ü  Menentukan kelas subyek penelitian;
ü  Menyiapkan rencana pembelajaran;
ü  Menentukan fokus observasi dan aspek-aspek yang diamati;
ü  Menentukan jenis data;
ü  Menentukan pelaku observasi (observer), alat bantu observasi, pedoman observasi dan pelaksanaan observasi;
ü  Menyusun instrumen penelitian;
ü  Menetapkan kriteria keberhasilan.

b)   Pelaksanaan
Langkah-langkah pembelajaran yang penulis kembangkan adalah sebagai berikut:
ü Menyiapkan alat peraga gambar;
ü Siswa diminta mengidentifikasi media gambar yang terpasang di papan tulis;
ü Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi nilai-nilai lambang pancasila;
ü Siswa dan guru membuat kesimpulan.
c)    Pengamatan
ü Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal pembelajaran hingga akhir. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang indikator keaktifan dan ketrampilan proses yang telah disiapkan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya pembelajaran. Adakah permasalahan yang dihadapi siswa. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya proses pembelajaran pada individu-individu yang mampu dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
d)   Refleksi
ü Secara kolaboratif guru menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1;
ü Mendiskusikan hasil analisis berdasarkan hasil indikator pengamatan, membuat suatu perbaikan tindakan atau rancanngan revisi berdasarkan hasil analisis pencapaian indikator.
3.      Siklus II
a)        Perencanaan
ü Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus 2 dengan melakukan revisi sesuai hasil refleksi siklus 1;
ü Menyiapkan lembar kerja siswa.
b)   Pelaksanaan
ü Menyiapkan alat peraga gambar contoh mengenal makna lambang pancasila;
ü Siswa diminta mengidentifikasi media gambar yang terpasang di papan tulis;
ü Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi nilai-nilai pancasila;
ü Siswa dibagi kelompok dengan diberi Numberd Head Together (NHT)
ü Tanya Jawab tentang materi yang belum di pahami;
ü Siswa mengerjakan soal;
ü Guru memberikan penguatan;
ü Siswa dan guru membuat kesimpulan.
c)    Pengamatan
ü Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal pembelajaran hingga akhir. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang indikator keaktifan dan ketrampilan proses yang telah disiapkan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya pembelajaran dengan. Adakah permasalahan yang dihadapi siswa. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya proses pembelajaran pada individu-individu yang mampu dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
d)   Refleksi
ü Secara kolaboratif guru menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi dan membuat kesimpulan;
ü Mendiskusikan hasil analisis berdasarkan hasil indikator pengamatan.

C.  Teknik Analisis Data
Untuk mendukung hasil penelitian dan penilaian dilakukan pengumpulan data-data. Ada dua jenis tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis, yaitu :
1.    Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalitis secara deskriptif, misalnya dengan mencari nilai rata-rata, persentase keberhasilan belajar dari evaluasi belajar yang dilaksanakan
2.    Data kualitatif yaitu data yang berupa hasil observasi dan pengamatan yang dituangkan dalam informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang aktivitas siswa mengikuti pelajaran dan keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.

Rumus Penskoran :
Keterangan :
B : Skor dari Jawaban Benar
N  : Jumlah Skor Maksimal
Rumusan menghitung persentasi ketuntasan belajar siswa secara klasikal (per kelas), yaitu :
Keterangan :
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dilakukan di SDN No 100201 Simarpinggan dengan menggunakan Numbered Head Together (NHT) dan Media Gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Makna Lambang dan nilai-nilai Pancasila Tahun Ajaran 2019/2020.
Dalam proses belajar mengajar permasalahan yang sering muncul salah satunya adalah metode pembelajaran yakni metode ceramah. Metode ini siswa hanya mendengarkan dan menyalin sehingga membosankan, Sehingga banyak siswa yang tidak semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Sebelum diterapkannya Numbered Head Together (NHT) dan Media Gambar di SDN No 100201 Simarpinggan terlebih dahulu peneliti mengobservasi siswa dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa pada materi nilai-nilai pancasila.
Ternyata hasil observasi yang dilakukan siswa kurang memahami materi makna lambing dan nilai-nilai pancasila. Kemudian langkah yang diambil peneliti memberikan tes awal (pretes) untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi nilai-nilai pancasila.
Dalam mengerjakan soal-soal banyak siswa yang kurang memahami soal-soal yang di berikan, ada siswa yang bermain-main pada saat mengerjakan soal, sehingga hasil belajar pada tes awal sangat rendah.

1.        Deskripsi hasil pembelajaran prasiklus
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti tanggal 15 Oktober 2019 dalam pelaksanaan pelajaran PKn pada materi nilai-nilai pancasila pada pra siklus masih kurang baikkarena masih banyak siswa memperoleh nilai dibawah KKM.itu dapat dilihat dari hasil nilai siswa.Hasil observasi pada pra siklus dapat dilihat pada table berikut :



Tabel 4.1 Hasil Belajar Prasiklus


No

Nama

KKM

Nilai
Keterangan
Tuntas
Tidak Tuntas
1
Adilia Lase
70
60

2
Alfin Hutagalung
70
40

3
Antonia Andin Sardini Sihombing
70
50

4
Asti Anjelina Marbun
70
70

5
Bayu Manullang
70
40

6
Eslan Nirwana Situmeang
70
70

7
Extefanus Halawa
70
50

8
Gratia Cristiani Tarigan
70
70

9
Hermin Sitompul
70
70

10
Hotmaruli Sianturi
70
70

11
Kristener Parajaya Pasaribu
70
70

12
Linda Kristina Simatupang
70
70

13
Liskana Sihotang
70
60

14
Nindi Olivia Dalimunthe
70
70

15
Okta Lorenza Lubis
70
70

16
Putri Pandelima Simbolon
70
80

17
Rinita Mendrofa
70
60

18
Revandi Manik
70
60

19
Syahdan Wardi Harahap
70
70

20
Sella Gresya Panggabean
70
70

21
Selfani Sitompul
70
70

22
Sintiyani Putri
70
40

23
Suci Sitompul
70
20

24
Syofiatul Adwiyah
70
70

25
Victor Malianus Silalahi
70
70

Jumlah

1.540


Rata-rata

61.6


Tuntas


15

Tidak Tuntas



10
Persentase Tuntas


60%

Persentase Tidak Tuntas



40%




Grafik 4.1 Deskripsi Hasil Belajar Prasiklus

                                                    
Grafik 4.2 Deskripsi Persentase Hasil Belajar Prasiklus

            Berdasarkan data prasiklus diatas diperoleh nilai rata-rata kelas 61,6 dengan jumlah siswa yang tuntas 15 siswa (60%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 orang atau (40%).

2.    Deskripsi Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Setelah melakukan pembelajaran pra siklus maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada tahap siklus I. Kegiatan perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2019 di kelas yang sama dengan menggunakan Numbered Head Together (NHT) dan Media Gambar pada meteri nilai-nilai pancasila. . Berdasarkan hasil evaluasi maka diperoleh data hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siklus I

No

Nama

KKM

Nilai
Keterangan
Tuntas
Tidak Tuntas
1
Adilia Lase
70
70

2
Alfin Hutagalung
70
50

3
Antonia Andin Sardini Sihombing
70
60

4
Asti Anjelina Marbun
70
70

5
Bayu Manullang
70
40

6
Eslan Nirwana Situmeang
70
80

7
Extefanus Halawa
70
50

8
Gratia Cristiani Tarigan
70
90

9
Hermin Sitompul
70
70

10
Hotmaruli Sianturi
70
90

11
Kristener Parajaya Pasaribu
70
80

12
Linda Kristina Simatupang
70
70

13
Liskana Sihotang
70
60

14
Nindi Olivia Dalimunthe
70
70

15
Okta Lorenza Lubis
70
80

16
Putri Pandelima Simbolon
70
90

17
Rinita Mendrofa
70
70

18
Revandi Manik
70
70

19
Syahdan Wardi Harahap
70
80

20
Sella Gresya Panggabean
70
70

21
Selfani Sitompul
70
80

22
Sintiyani Putri
70
60

23
Suci Sitompul
70
    50

24
Syofiatul Adwiyah
70
70

25
Victor Malianus Silalahi
70
80

Jumlah

1.750


Rata-rata

70


Tuntas


18

Tidak Tuntas



7
Persentase Tuntas


72%

Persentase Tidak Tuntas



28%

Grafik 4.3 Deskripsi Persentase Hasil Belajar Siklus I
             

Grafik 4.4 Deskripsi Persentase Hasil Belajar Siklus I


3.    Deskripsi Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II
     Pada tanggal 29 Oktober 2019 di kelas yang sama dengan menggunakan Numbered Head Together (NHT) dan Media Gambar pada meteri nilai-nilai pancasila. Deskripsi hasil tes yang diberikan kepada siswa diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siklus II
No
Nama
KKM
Nilai
Tuntas
Tidak Tuntas
1
Adilia Lase
70
80

2
Alfin Hutagalung
70
60

3
Antonia Andin Sardini Sihombing
70
70

4
Asti Anjelina Marbun
70
80

5
Bayu Manullang
70
80

6
Eslan Nirwana Situmeang
70
90

7
Extefanus Halawa
70
70

8
Gratia Cristiani Tarigan
70
100

9
Hermin Sitompul
70
80

10
Hotmaruli Sianturi
70
100

11
Kristener Parajaya Pasaribu
70
90

12
Linda Kristina Simatupang
70
80

13
Liskana Sihotang
70
80

14
Nindi Olivia Dalimunthe
70
80

15
Okta Lorenza Lubis
70
90

16
Putri Pandelima Simbolon
70
100

17
Rinita Mendrofa
70
80

18
Revandi Manik
70
80

19
Syahdan Wardi Harahap
70
90

20
Sella Gresya Panggabean
70
80

21
Selfani Sitompul
70
90

22
Sintiyani Putri
70
70

23
Suci Sitompul
70
    60

24
Syofiatul Adwiyah
70
80

25
Victor Malianus Silalahi
70
90

Jumlah

2050


Rata-rata

82


Tuntas


23

Tidak Tuntas



2
Persentase Tuntas


92%

Persentase Tidak Tuntas



8%




Grafik 4.5 Deskripsi Hasil Belajar Siklus II

           
Grafik 4.6 Deskripsi Persentase Hasil Belajar Siklus II

           
           
            Dari data dapat diperoleh rekapitulasi hasil perbaikan pembelajaran dari pra siklus, siklus I, siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Siklus
No.
Pencapaian Hasil Belajar
Sebelum
Siklus
Siklus
I
II
1
Jumlah siswa yang tuntas belajar
15
18
23
2
Nilai rata-rata kelas
61,6
70
82
3
Persentase ketuntasan
60%
72%
92%
           
Lebih jelasnya peningkatan hasil belajar siswa dapat di lihat dari rata-rata nilai saat tes prasiklus, hasil siklus I dan hasil siklus II seperti pada gambar diagram batang dibawah ini :

Grafik 4.7 Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas Hasil Belajar Siswa
§  Rata-rata Kelas

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat peningkatan persentase hasil belajar siswa dari tes awal dan siklus I hingga siklus II terlihat peningkatan. Hal ini berarti tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada nilai-nilai pancasila tercapai.


B.       Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.    Prasiklus
Sebelum melakukan pada tahap awal Prasiklus diketahui bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah yakni 15 orang siswa yang tuntas dan 10 orang siswa yang tidak tuntas. diketahui bahwa hasil belajar siswa pada tes awal rata-rata 61,6. dengan jumlah siswa yang tuntas 15 orang (60%) dan siswa yang tidak tuntas 10 orang (40%). Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan dan hasil belajar siswa masih rendah. Untuk itu dilakukan perbaikan pembelajaran materi nilai-nilai pancasila ke Siklus I.
2.    Siklus I
Pada Siklus I diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas meningkat dibandingkan dengan kegiatan prasiklus. Dari 25 siswa, 18 siswa (72%) sudah memperoleh nilai di atas KKM, 7 siswa (28%)  belum mencapai KKM dan rata-rata hasil belajar siswa 70. Hal ini disebabkan oleh siswa kurang konsentrasi dalam pembelajaran, tidak semua siswa terlibat aktif, kurangnya motivasi guru terhadap siswa, dan kurangnya keberanian dalam mengutarakan pendapat. Dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM, maka penelitian ini dilanjutkan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
3.    Siklus II
Pada Siklus II, 23 siswa (92%) sudah memperoleh nilai di atas KKM, dan yang tidak tuntas 2 siswa (8%) dengan nilai rata-rata kelas 82. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan perbaikan pada siklus II meggunakan Numbered Head Together (NHT) dan media gambar pada siswa Kelas V materi nilai-nilai pancasila dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini dihentikan pada siklus ini.
Adapun hasil refleksi pada siklus II adalah:
a.    Hampir semua siswa terlibat aktif dalam melakukan aktifitas belajar.
b.    Dalam diskusi kelompok, hampir semua siswa sudah aktif dan tercipta kerja sama yang baik dalam menyelesaikan tugas.
c.    Hasil evaluasi belajar sudah baik walaupun masih ada 2 siswa yang nilainya dibawah KKM yakni siswa tersebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Namun rata-rata nilai sudah diatas KKM yaitu 70 dan tingkat ketuntasan 92%.
Tabel 4.5 Hasil Belajar Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No
Nama Siswa
KKM
Nilai
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
1
Adilia Lase
70
60
70
80
2
Alfin Hutagalung
70
40
50
60
3
Antonia Andin Sardini Sihombing
70
50
60
70
4
Asti Anjelina Marbun
70
70
70
80
5
Bayu Manullang
70
40
40
80
6
Eslan Nirwana Situmeang
70
70
80
90
7
Extefanus Halawa
70
50
50
70
8
Gratia Cristiani Tarigan
70
70
90
100
9
Hermin Sitompul
70
70
70
80
10
Hotmaruli Sianturi
70
70
90
100
11
Kristener Parajaya Pasaribu
70
70
80
90
12
Linda Kristina Simatupang
70
70
70
80
13
Liskana Sihotang
70
60
60
80
14
Nindi Olivia Dalimunthe
70
70
70
80
15
Okta Lorenza Lubis
70
70
80
90
16
Putri Pandelima Simbolon
70
80
90
100
17
Rinita Mendrofa
70
60
70
80
18
Revandi Manik
70
60
70
80
19
Syahdan Wardi Harahap
70
70
80
90
20
Sella Gresya Panggabean
70
70
70
80
21
Selfani Sitompul
70
70
80
90
22
Sintiyani Putri
70
40
60
70
23
Suci Sitompul
70
20
    50
    60
24
Syofiatul Adwiyah
70
70
70
80
25
Victor Malianus Silalahi
70
70
80
90
Jumlah

1.540
1.750
2.050
Rata-rata

61,6
70
82

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, dari 25 siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus nilai rata-rata kelas 61,6. Setelah dilakukan perbaikan siklus I, hasil belajar siswa meningkat menjadi dengan nilai rata-rata kelas 70. Selanjutnya pada kegiatan perbaikan siklus II, hasil belajar siswa meningkat nilai di atas KKM dengan nilai rata-rata kelas 82. Untuk lebih jelasnya, peningkatan hasil belajar siswa dari kegiatan prasiklus hingga kegiatan perbaikan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 4.8 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Grafik 4.9 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A.      Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh peneliti di SDN No. 100201 Simarpinggan Kecamatan Angkola Selatan Penggunaan Numbered Head Together (NHT) dan media gambar pada mata pelajaran PKn materi nilai-nilai pancasila dapat meningkatkan hasil belajar.
Pada tahap awal Prasiklus diketahui bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah yakni 15 siswa (60%) orang siswa yang tuntas dan 10 siswa (40%) yang tidak tuntas. Berdasarkan grafik diatas, bahwa hasil belajar siswa pada tes awal rata-rata 61,6 dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar sebelum dilakukan tindakan masih rendah oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dengan melanjutkan ketindakan siklus I.
Pada Siklus II diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas meningkat dibandingkan dengan kegiatan prasiklus. Dari 25 siswa, 18 siswa (72%) sudah memperoleh nilai di atas KKM, 7 siswa (28%)  belum mencapai KKM dengan nilai rata–rata kelas 70. Hal ini dikarenakan, siswa termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran dengan media gambar, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Pada Siklus II 23 siswa (92%) sudah memperoleh nilai di atas KKM dan 2 siswa (8%) belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas 82. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan perbaikan pada siklus II meggunakan Numbered Head Together (NHT) dan media gambar pada siswa Kelas V materi nilai-nilai pancasila dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini dihentikan pada siklus ini.

B.       Saran Tindak Lanjut
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata yang paling tepat untuk mengungkapkan keberhasilan pelaksanaan penelitian. Mengingat besarnya manfaat hasil penelitian ini saya menyarankan kepada semua pihak yang berkompeten dalam dunia pendidikan agar mereka ada kemauan yang tulus meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas.
Untuk guru diharapkan melakukan pengajaran dengan menggunakan media pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Media Gambar sebagai alternative dalam kegiatan pembelajaran karena metode ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat memotivasi siswa serta melatih siswa untuk belajar aktif. Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya selalu menggunakan model pembelajaran dan media yang bervariatif agar siswa merasa senang dan aktif mengikuti proses pembelajaran.
Untuk Kepala Sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab sebagai managerial pelaksanaan pendidikan di Satuan Pendidikan. Hendaknya dapat membantu guru dalam melakukan penelitian, pengambilan kebijakan dan dapat mensosialisasikan hasil penelitian penggunaan model pembelajaran Numbered Head together (NHT) dan Media Gambar. Laporan ini dapat dijadikan bahan kajian untuk meningkatkan pengetahuannya melalui forum kelompok kerja guru dll.



0 komentar:

Posting Komentar