LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP)
PDGK-4501
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI POKOK
NILAI-NILAI PANCASILA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL
PEMBELAJARAN NUMBERED
HEAD TOGETHER (NHT)
DAN MEDIA GAMBAR DI KELAS V SDN NO. 100201
SIMARPINGGAN KABUPATEN TAPANULI
SELATAN TAHUN PELAJARAN 2019/2020
OLEH
:
NAMA
: IRSAN SIHOMBING
NIM
: 855948139
PRODI : S.1 PGSD
POKJAR
: PARGARUTAN
KABUPATEN
: TAPANULI SELATAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ)
UNIVERSITAS TERBUKA (UT)
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan Pendidikan Nasional yang
berdasarkan Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945 salah satunya adalah mencerdasakan kehidupan bangsa. Merdeka belajar
artinya unit pendidikan yaitu Sekolah, Guru, Siswa punya kebebasan untuk
berinovasi, kebebasan untuk belajar mandiri, dan kreatif. Pendidikan bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003.
Berdasarkan hasil
evaluasi
dan penilaian awal pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas V SDN No. 100201 Simarpinggan mengenal makna lambang pancasila. Hasil evaluasi menunjukkan
dari 25 siswa hanya 14 orang yang mendapat nilai >KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) atau sama dengan 56 %, sedangkan sisanya 11 orang mendapat nilai dibawah KKM. Jadi siswa yang
belum menguasai materi pelajaran sebanyak 44 %. KKM Mata Pelajaran PKn di SDN No. 100201 Simarpinggan
adalah 70.
Dilihat dari hasil evaluasi yang menunjukkan masih
banyaknya siswa yang belum menguasai materi pelajaran dan belum tercapainya
tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka penulis mengadakan perbaikan
pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang maksimal. Kegiatan
perbaikan ini dilaksanakan melalui "Penelitian Tindakan Kelas" (PTK).
Menurut Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto (dalam Wardhani:2008) tujuan PTK adalah memperbaiki praktik pembelajaran
dengan sasaran akhir belajar siswa. Dengan adanya PTK kesalahan dalam proses
pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut
tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dapat diperbaiki, hasil belajar siswa
diharapkan akan meningkat.
Berdasarkan
latar belakang tersebut maka peneliti berupaya melakukan perbaikan pembelajaran
dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Pokok Nilai-Nilai Pancasila dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Number Head Together (NHT)
dan Media Gambar di Kelas V SDN No. 100201 Simarpinggan Kecamatan Angkola
Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun Pelajaran 2019/2020”.
1.
Identifikasi Masalah
Hasil
identifikasi masalah yang di dapat adalah:
a.
Motivasi belajar siswa kurang
b.
Pemahaman siswa tentang materi nilai pancasila yang disampaikan kurang
c.
Siswa tidak fokus dalam pembelajaran
d.
Perhatian siswa terhadap pelajaran
kurang
e.
Siswa terlalu pasif dalam
pembelajaran
f.
Siswa belum terbiasa dengan media
gambar dalam proses pembelajaran.
2.
Analisis Masalah
Setelah di
diskusikan dengan supervisor diketahui bahwa faktor penyebab siswa kurang
menguasai materi pembelajaran yang diajarkan adalah:
a.
Media dan Metode yang digunakan
terlalu monoton, sehingga perlu untuk mengganti metode dengan lebih variatif.
b.
Kurangnya motivasi dari guru
sehingga minat belajar siswa kurang
c.
Guru kurang memberikan kesempatan
siswa dalam bertanya.
d.
Kurangnya perhatian siswa terhadap
materi yang disajikan
3.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan
analisis masalah diatas, langkah selanjutnya guru merencanakan alternatif
pemecahan masalah, untuk memperbaiki proses pembelajaran maka peneliti
mengambil beberapa alternatif pemecahan masalah diantaranya :
a.
Penggunaan Model Numbered Head Together (NHT)
dan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b.
Memberikan motivasi kepada siswa
c.
Pengelolaan kelas yang berfokus pada cara belajar siswa aktif.
Dilihat dari mata pelajaran dan
karakteristik materi pelajaran yang akan diajarkan maka penulis mengambil
prioritas pemecahan masalah, yaitu “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar PKn Materi Pokok Nilai-Nilai
Pancasila dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Media Gambar di Kelas V SDN No. 100201
Simarpinggan Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun Pelajaran 2019/2020”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana
Meningkatkan
Hasil Belajar PKn Materi Pokok Nilai-Nilai Pancasila dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
dan Media Gambar di Kelas V SDN No. 100201 Simarpinggan Kabupaten Tapanuli
Selatan Tahun Pelajaran 2019/2020?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Secara umum tujuan perbaikan ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn
Materi Pokok Nilai-Nilai Pancasila dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Media
Gambar di Kelas V SDN No. 100201 Simarpinggan Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun
Pelajaran 2019/2020.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Bagi siswa : Siswa
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn), Meningkatkan hasil
belajar siswa, dapat menumbuhkan
sikap kritis terhadap hasil belajar.
2. Bagi Guru: Memberikan
arahan dan pedoman dalam proses belajar mengajar yang kaitannya dengan variasi
pembelajaran agar proses dan hasil belajar siswa baik. Sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam menentukan
media pembelajaran atau pendekatan yang tepat. Membantu guru meningkatkan proses pembelajaran di
kelasnya, sebagai upaya meningkatkan proses dan hasil belajar siswa
3.
Bagi
Sekolah: Sebagai sumbangan pemikiran untuk
usaha-usaha peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) di Sekolah Dasar, khususnya SDN No. 100201 Simarpinggan
Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuan, pemahaman,sikap dan tingkah laku, keterampialan, kecakapan,
kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang
belajar. Belajar adalah sesuatu proses yang komplek yang terjadi pada setiap
orang dan berlangsung seumur hidup. Semenjak dia lahir sampai keliang lahat
nanti, salah satu tanda orang belajar adanya perubahan tingkah laku pada
dirinya, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang
bersifat pengetahuan (konitif) dan keterampilan( psikomotor) maupaun yang
menyangkut nilai dan sikap(efektif).
Menurut Wina Sanjaya (2010:112),
“Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena
adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari”.
Beberapa ciri belajar, seperti yang
dikutip oleh Hamdani (2010:22) adalah sebagai berikut :(1)belajar
dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini digunakan sebagai arah kegitan, sekaligus tolak ukur
keberhasilan belajar. (2) belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat
diwakilkan kepada arang lain. Jadi, belajar bersifat individual. (3) belajar
merupakan proses interaksi individu dan likungan. Hal ini berarti individu
harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu. (4) belajar
mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.
Perubahantersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam asfek kognitif,
afektif, dan Psikomotorik yang terpisah satu dengan yang lainnya.
B. Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar
adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya mata pelajaran saja tapi juga
penugasan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial,
macam-macam ketrampilan dan cita-cita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil
belajar disebut juga prestasi belajar. Kata hasil belajar terdiri dari
dua suku kata, yaitu hasil
dan belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya).
Menurut Winkel
dalam Sunarto (2009) yang menyatakan bahwa hasil belajar atau prestasi belajar
adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Tujuan
akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran yaitu untuk memperoleh hasil
belajar. Menurut Patta Bundu (2006:15), hasil belajar
seseorang sering tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu
untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun
demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam setiap tingkah lakunya. Hasil belajar menurut Bloom (Suharsimi
Arikunto, 2005:76) dibagi dalam 3 (tiga) ranah yakni :
a.
Ranah kognitif: kemampuan berpikir,
kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi,
penentuan dan penalaran;
b.
Ranah psikomotor: kompetensi
melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi yang berkaitan dengan
gerak fisik;
c.
Ranah afektif: berkaitan dengan
perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.
Berdasarkan definisi diatas
maka hasil belajar merupakan perubahan kemampuan pada manusia sebagai hasil
dari proses belajar sehingga bertambah pengetahuannya baik yang bersifat
kognitif, afektif, dan psikomotor setelah siswa melakukan pengalaman belajar. Hasil belajar di tandai dengan proses tidak tahu
menjadi tahu.
C. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Seperti sudah disampaikan sebelumnya bahwa PKP
dituntut untuk melakukan perbaikan peningkatan kualitas pembelajaran di
kelasnya masing-masing dengan menerapkan kaidah dan prinsip-prinsip penelitian
tindakan kelas (PTK). Oleh karena itu, berikut akan disajikan secara singkat
hakikat PTK dan menyamakan persepsi semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan PKP.
PTK adalah proses penelitian sistematis yang dilakukan
guru untuk memperoleh informasi tentang bagaimana guru dan siswa belajar serta
melakukan tindakan untuk memperbaikinya. PTK juga dapat diartikan proses
penelitian yang sitematis dan terencana melalui tindakan perbaikan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru sendiri.
Guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas karena
alasan sebagai berikut (Wardani dkk, 2005)
1. Guru mempunyai
otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya
2. Temuan sebagai
penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh para peneliti sering sukar
diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran.
3. Guru adalah seorang
yang paling mengetahui kelasnya
4. Interaksi guru-siswa
berlangsung secara unik
5. Keterlibatan guru
dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan
guru untuk mampu melakukan PTK di kelasnya.
Dengan melakukan PTK guru
memperoleh banyak manfaat, menurut (Wardani dkk, 2005) manfaat PTK bagi guru
antara lain :
1. Membantu guru
memperbaiki pembelajaran
2. Membantu guru
berkembang secara professional
3. Meningkatkan rasa
percaya diri guru
4. Memungkinkan guru
secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Di samping manfaat yang
diperoleh, PTK memilik keterbatasan yaitu:
ü Kesahihan atau
validitasnya yang masih sering disangsikan
ü Tidak dapat melakukan
generalisasi karena sampel sangat terbatas
ü Peran guru yang
sekaligus bertidak sebagai pengajar dan peneliti sering membuat guru menjadi
sangat repot.
Keterbatasan tersebut hendaknya
bukan menjadi penghalang bagi guru untuk melaksanakan PTK tetapi justru menjadi
tantangan bagi guru untuk menemukan berbagai kiat dalam melaksanakan PTK. Salah
satu cara untuk mengatasi keterbatasan “tidak dapat melakukan regeneralisasi”
adalah dengan pemberian informasi yang komprehensif tentang kondisi subjek dan
lokasi kelas yang diteliti, di samping berkolaborasi dengan guru lain dan teman
sejawat.
D. Pemantapan Kemampuan Profesional
(PKP)
PKP sebagai muara dari program S1 PGSD dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kemampuan professional
guru SD dalam mengelola pembelajaran. Sebagai seorang professional, guru SD
bertanggung jawab sebagai guru kelas yang mengajar lima bidang study (PKn,
Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA) dan atau mengajar secara tematik
(untuk guru kelas I,II, dan III).
Pembelajaran dalam PKP dilakukan melalui belajar
mandiri dan pembimbingan tatap muka. Mahasiswa melakukan belajar mandiri untuk
memantapkan pemahaman perencanaan dan pelaksanaan PTK, berbagai teori
pembelajaran yang berkaitan dengan masalah atau kondisi pembelajaran yang akan
diperbaiki dan ditingkatkan, serta perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran.
Melalui penyediaan pengalaman belajar diharapkan akan
terbentuk berbagai sikap positif pada guru sebagai dampak pengiring dari
kegiatan PKP. Dengan melakukan latihan terbimbing untuk melakukan perbaikan
pembelajaran di kelas secara berkelanjutan, rasa percaya diri dan kemampuan
mahasiswa dan mengelola pembelajaran semakin mantap. Melakukan refleksi dan
diskusi dengan sesame kolega, kepekaan mahasiswa terhadap masalah dan kondisi
pembelajaran yang dihadapi sehari-hari menjadi meningkat.
Penilaian dalam PKP dilakukan melalui penilaian
partisipasi dalam proses pembimbingan, penilaian unjuk kerja perbaikan
pembelajaran, dan penilaian laporan peningkatan kualitas pembelajaran.
Mahasiswa ditugaskan untuk merancang, melaksanakan, dan menilai perbaikan
peningkatan kualitas pembelajaran sematu mata pelajaran eksak dan noneksak ata
tematik dengan 2-3 siklus di sekolah masing-masing.
E. Keterkaitan PTK dan PKP
PKP
(Pemantapan
Kemampuan Profesional)
merupakan
program kegiatan yang memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan
kemampuan. Kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai mahasiswa setelah
mengikuti PKP ialah mampu memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran
bidang studi atau pembelajaran yang diajarkan di SD dengan menerapkan
kaidah-kaidah penelitian tindakan kelas (PTK). PKP sebagai muara dari program
S1 PGSD dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan
kemampuan professional guru SD dalam mengelola pembelajaran.
Pembelajaran dalam PKP dilakukan melalui belajar mandiri atau pembimbingan
tatap muka. Mahasiswa melakukan
belajar mandiri untuk memantapkan pemahaman perencanaan dan pelaksanaan PTK,
berbagai teori dan prinsip pembelajaran yang akan diperbaiki dan ditingkatkan,
serta perencanaan dan pelaksanan pembelajaran dalam upaya memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classrom
Action Research, diartikan penelitian dengan tindakan yang dilakukan
dikelas. Pendapat Suyadi (2012), PTK secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga kata yaitu penelitian,
tindakan, dan kelas. Penelitian yaitu kegiatan mengamati suatu objek tertentu
dengan menggunakan prosedur tertentu untuk menemukan data dengan tujuan meningkatkan
mutu. Kemudian tindakan yaitu perlakuan yang dilakukan dengan sengaja dan
terencana dengan tujuan tertentu. Dan kelas adalah tempat di mana sekelompok
peserta didik menerima pelajaran dari guru yang sama.
Karakteristik
PTK menurut Sukardi (2011) yaitu:
a. Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya
kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas
mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Permasalahan yang muncul di kelas
dan usaha untuk memperbaiki dari permasalahan tersebut muncul dari dalam guru
sendiri secara alami, bukan dari dan oleh orang lain.
b. Penelitian melalui refleksi diri (self-reflection
inquiry). PTK mensyaratkan guru mengumpulkan data dari apa yang telah
dilakukannya sendiri (bukan bersumber dari orang lain) melalui refleksi diri
untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang telah dilakukannya
dan mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan
tindakan-tindakan yang dianggap sudah baik.
c. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment
yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus
meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang
diteliti.
d. Langkah-langkah yang penelitian yang
direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan
terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif. Siklus
penelitian tersebutyang memiliki pola: perencanaan (planning),
pelaksanaan (action), observasi (observation), refleksi (reflection),
dan revisi (revision).
Tujuan PTK ini dapat
dicapai dengan cara melakukan berbagai tindakan untuk memecahkan berbagai
permasalahan pembelajaran yang selama ini dihadapi, baik yang disadari maupun
yang tidak disadari. Oleh karena itu fokus utama penelitian tindakan kelas
adalah terletak kepada tindakan-tindakan alternatif yang dirancang oleh guru
kemudian di cobakan, dan dievaluasi untuk mengetahui efektivitas
tindakan-tindakan alternatif itu dalam memecahkan masalah pembelajaran yang
dihadapi oleh guru.
F. Karakteristik Peserta Didik
Siswa Sekolah Dasar merupakan anak yang
paling banyak mengalami perubahan sangat drastis baik mental maupun fisik. Gerakan-gerakan
organ tubuh anak juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan munculnya
keberanian mentalnya. Keberanian dan kemampuan ini, disamping karena
perkembangan kapasitas mental, juga disebabkan oleh adanya keseimbangan dan
keselarasan gerakan organ-organ tubuh anak.
Masa usia
sekolah dianggap oleh (Syaiful, 2008: 124) sebagai masa intelektual atau masa
keserasian bersekolah. Namun Suryosubroto tidak berani mengatakan pada umur
berapa tepatnya anak matang untuk masuk ke sekolah dasar. Hal tersebut
ditentukan oleh kematangan anak tersebut bukan ditentukan oleh umur semata,
namun pada umur antara 6 atau 7 tahun biasanya anak memang telah matang untuk
masuk sekolah dasar. Sifat-sifat khas anak dapat di lihat sebagai berikut:
1.
Masa kelas-kelas rendah sekolah
dasar
Beberapa
sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah seperti yang disebutkan
di bawah ini:
a. adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan
pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah
b. adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan
permainan yang tradisional
c. adanya kecenderungan memuji sendiri
d. suka membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain kalau hal itu
dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu
dianggapnya tidak penting
f. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka
rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai
baik atau tidak
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar
Beberapa
sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut:
a. adanya minat terhadap kehidupan praktis
sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk
membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis
b. amat realistik, ingin tahu, dan ingin
belajar
c. menjelang masa akhir ini telah ada minat
terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan
sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor
d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak
membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya
e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk
kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.
Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa karakteristik
peserta didik sekolah dasar merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam
suatu tindakan peserta didik dalam kehidupannya setiap saat. Sehingga dengan
demikian, watak dan perbuatan manusia tidak akan lepas dari kodrat dan sifat serta
bentuknya yang berbeda-beda, maka tidak heran jika bentuk dan karakter peserta
didik juga berbeda-beda.Pengertian Partisipasi Belajar Pada hakikatnya belajar
merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Untuk
mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi dari
siswa dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat penting
untuk menentukan keberhasilan pembelajaran. Partisipasi adalah penyertaan
mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka
untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya
tujuan-tujuan bersama, bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut.
Suatu
keterlibatan mental dan emosi itu, dalam memberikan respon terhadap kegiatan
yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian
tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya. Partisipasi bisa diartikan
sebagai ukuran keterlibatan anggota dalam aktivitas-aktivitas kelompok. Dalam
prespektif psikologis, partisipasi bisa dimaknai sebagai kondisi mental yang
menunjukan sejauh mana anggota kelompok bisa menikmati posisinya sebagai
anggota kolektivitas, sehingga konsepsi partisipasi sangat erat dengan masalah
kejiwaan.
Semakin
tinggi tingkat kesehatan seseorang maka semakin tinggi kemampuan partisipasinya.
Dalam konteks pembelajaran di kelas, partisipasi didefinisikan sebagai
keterlibatan aktif siswa dalam pemunculan ide-ide dan informasi, sehingga
kesempatan belajar dan pengingatan materi bisa lebih lama.
Manfaat
partisipasi siswa menurut Suryosubroto (2009: 297), yaitu:
1. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan
yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran
2. Pengembangan potensi diri dan kreativitas
3. Adanya penerimaan yang lebih besar
terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan yang diperlukan
4. Melatih untuk bertanggung jawab serta
mendorong untuk membangun kepentingan bersama Aspek-aspek partisipasi yang
perlu diamati dalam pedoman observasi aktivitas siswa dalam diskusi kelompok
menurut Sudjana (2010: 97) adalah:
1. Memberikan pendapat untuk pemecahan
masalah
2. Memberikan tanggapan terhadap pendapat
orang lain
3. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
4. Motivasi dalam mengerjakan tugas
5. Toleransi dan mau menerima pendapat orang
lain
6. Mempunyai tanggung jawab sebagai anggota
kelompok
Berdasarkan
aspek-aspek partisipasi yang perlu diamati dalam diskusi kelompok menurut
Sudjana, peneliti menggunakan 4 indikator partisipasi. Alasan memilih 4
indikator tersebut adalah:
1. Indikator motivasi dalam mengerjakan tugas
termasuk dalam aspek mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan motivasi
dalam mengerjakan tugas
2. Indikator memberikan dan menanggapi
pendapat termasuk dalam aspek memberikan pendapat untuk pemecahan masalah dan
memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain
3. Indikator mempunyai toleransi termasuk
didalamnya aspek toleransi dan mau menerima pendapat orang lain
4. Indikator mempunyai tanggung jawab
termasuk dalam aspek mempunyai tanggung jawab sebagai anggota kelompok dalam
hal ini adalah tanggung jawab individu dan kelompok
Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa partisipasi
belajar siswa merupakan suatu usaha yang dilakukan siswa dengan cara melibatkan
diri secara aktif dalam pembelajaran yang ditujukan dengan motivasi dalam
mengerjakan tugas, memberikan dan menanggapi pendapat, mempunyai toleransi dan
mempunyai tanggung jawab.
G. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan
bahwa “mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.
Tarigan (2006:7) menyatakan bahwa PKn merupakan wahana
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku sehari-hari,
baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
yang membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar
berkenaan dengan hubungan warga negara dengan Negara, serta pendidikan
pendahuluan bela negara.
Proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarahkan
pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia, yang menetapkan demokrasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Soemantri (2007:1.25) PKn merupakan
Pendidikan yang menyangkut status formal warga Negara yang awalnya diatur dalam
undang-undang No. 20 tahun 1949 berisi tentang diri kewarganegaraan dan
peraturan tentang naturalisis atau pemerolehan status sebagai warga Negara
Indonesia.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang menyangkut status
formal yang berfungsi melestarikan nilai luhur pancasila, mengembangkan dan
membina manusia seutuhnya serta membina pengalaman dan kesadaran warga Negara
untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang cerdas,
trampil dan berkarakter.
H. Materi Nilai-Nilai Pancasila
1. Arti Lambang Pancasila Sila ke 1
Bunyi Sila ke 1 Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Simbol pancasila sila pertama ini digambarkan sebagai Bintang yang memiliki
lima sudut. Gambar bintang pada simbol Pancasila sila pertama memiliki arti
sebagai sebuah cahaya, yaitu cahaya rohani yang dipancarkan oleh Tuhan kepada
umat manusia. Lambang Pancasila berbentuk Bintang ini juga diartikan sebagai
suatu cahaya yang menerangi Dasar Negara yang lima (Pembukaan UUD tahun 1945
alinea 4), Sifat Negara yang lima (Pembukaan UUD tahun 1945 alinea 2), dan
tujuan Negara yang lima (Pembukaan UUD tahun 1945 alinea 4).
Warna hitam pada latar belakang Bintang tersebut
melambangkan warna alam. Warna latar belakang tersebut juga dapat dimaknai
bahwa berkat rahmat Allah merupakan sumber segala yang ada di dunia ini.
2. Makna Lambang Pancasila Sila ke 2
Bunyi Sila ke 2 Pancasila adalah Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab. Simbol Pancasila sila kedua ini digambarkan dengan mata rantai
emas berbentuk lingkaran dan persegi yang saling berkaitan hingga membentuk
suatu lingkaran.
Mata rantai berbentuk segi empat merupakan lambang
laki-laki, sedangkan mata rantai berbentuk bulat melambangkan perempuan. Mata
rantai yang saling berkaitan pada simbol tersebut melambangkan hubungan setiap
manusia, dimana laki-laki dan perempuan saling membutuhkan dan harus bersatu agar
dapat menjadi kuat seperti rantai.
Dengan kata lain, makna lambang Pancasila ini adalah
hubungan antar individu di masyarakat Indonesia (baik laki-laki maupun
perempuan) yang dilakukan secara adil dan beradab sehingga hubungan masyarakat
secara keseluruhan menjadi lebih kuat.
3. Arti
Lambang Pancasila Sila ke 3
Bunyi Sila ke 3 Pancasila adalah Persatuan Indonesia.
Simbol Pancasila sila ke 3 ini digambarkan dengan Pohon Beringin yang memiliki
akar dan sulur. Lambang Pohon Beringin di sini memiliki makna bahwa Pancasila
merupakan tempat berteduh/ berlindung bagi seluruh rakyat Indonesia agar merasa
aman dan nyaman meskipun terdapat banyak perbedaan antar suku bangsa.
Sulur dan akar pada gambar Pohon Beringin tersebut adalah
lembang dari keberagaman suku bangsa di Indonesia. Dengan kata lain, arti
simbol Pancasila sila ke 3 adalah keanekaragaman suku bangsa di Indonesia yang
bersatu dan berlindung di bawah Pancasila.
4. Arti Lambang Pancasila Sila ke 4
Bunyi Sila ke 4 Pancasila adalah Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Sila ke 4 ini
dilambangkan dengan gambar Kepala Banteng. Banteng dikenal sebagai mahluk yang
berjiwa sosial dan suka berkumpul dengan sesamanya sehingga kelompok Banteng
menjadi semakin kuat dan dapat terhindar dari terkaman hewan pemangsa.
Simbol Kepala Banteng pada sila ke 4 Pancasila memiliki
makna bahwa rakyat Indonesia merupakan mahluk sosial yang suka berkumpul dan
bermusyawarah untuk bermufakat dan mengambil suatu keputusan. Dengan kata lain,
segala keputusan yang diambil adalah hasil musyawaran dan mufakat bersama.
5. Arti Lambang Pancasila Sila ke 5
Bunyi Sila ke 5 Pancasila adalah Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Sila ke 5 ini dilambangkan dengan gambar Padi dan
Kapas. Simbol Padi dan Kapas pada sila ke 5 melambangkan kebutuhan dasar semua
manusia untuk hidup, yaitu kebutuhan akan pangan dan sandang.
Kebutuhan pangan dan sandang rakyat yang terpenuhi dengan
baik merupakan syarat utama agar suatu negara dapat mencapai kemakmuran. Hal
inilah yang menjadi cita-cita pada sila ke 5 Pancasila tersebut.
6. Nilai-nilai dalam Pancasila
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
· Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
· Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
· Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
· Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
· Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
· Mengembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia.
· Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan
tepa selira.
· Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap
orang lain.
c. Persatuan Indonesia
· Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
· Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan
negara dan bangsa apabila diperlukan.
· Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan
bangsa.
· Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
· Sebagai warga negara dan warga masyarakat,
setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
· Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang
lain.
· Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.
· Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
· Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
· Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
· Menghormati hak orang lain.
· Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar
dapat berdiri sendiri.
· Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha
yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
I.
Model Pembelajaran Numbered Head Together
1. Pengertian Numbered Head Together (NHT)
Salah
satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di
sekolah-sekolah adalah Numbered Head
Together atau disingkat NHT, tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali
digunkan sebagai bahan penelitian tindakan kelas (PTK).
Number Head Together adalah
suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam
mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). Model NHT adalah bagian dari
model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada
struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa.
Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa
dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan
pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para
siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga
tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu
:
1. Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial : Bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud
antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep dalam Ibrahim (2000: 29),
dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
2. Langkah-Langkah Pembelajaran NHT
Langkah-langkah tersebut
kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut
:
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif Numbered Head
Together (NHT).
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di
dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau
tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga
setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa
di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau
dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai
dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian
jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
3. Manfaat
model pembelajaran NHT
Ada
beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap siswa yang hasil belajar
rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara
lain adalah :
1.
Rasa
harga diri menjadi lebih tinggi
2.
Memperbaiki
kehadiran
3.
Penerimaan
terhadap individu menjadi lebih besar
4.
Perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil
5.
Konflik
antara pribadi berkurang
6.
Pemahaman
yang lebih mendalam
7.
Meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.
Hasil
belajar lebih tinggi
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT
a. Kelebihan
·
Terjadinya interaksi antara siswa melalui
diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
· Siswa pandai
maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar
kooperatif.
·
Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan
konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat
sampai pada kesimpulan yang diharapkan.
· Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya,
berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.
b. Kelemahan
· Siswa yang
pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan
pasif dari siswa yang lemah.
·
Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa
yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang
memadai.
·
Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat
duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
J. Media Gambar
1. Pengertian Media Gambar
Di
antara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai.
Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika
gambarnya dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan gambar yang baik,
sudah barang tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Media
gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua
dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya bermacam-macam seperti
lukisan, potret, slide, film, strip, opaque projektor (Hamalik, 2011:95).
Media
gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang
dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana (Sadiman, 2012:29). Media gambar
merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa,
serta ukurannya relatif terhadap lingkungan (Soelarko, 2007:3).
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah perwujudan
lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda, pemandangan, curahan pikir
atau ide-ide yang divisualisasikan kedalam bentuk dua dimensi. Bentuknya dapat
berupa gambar situasi dan lukisan yang berhubungan dengan pokok bahasan
berhitung.
2. Fungsi Media Gambar
Melalui penggunaan media pembelajaran
diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar- mengajar yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Secara garis besar,
fungsi penggunaan media gambar adalah sebagai berikut :
a.
Fungsi edukatif, yang
artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan;
b.
Fungsi sosial, memberikan
informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan
konsep yang sama kepada setiap orang;
c.
Fungsi ekonomis,
meningkatkan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal;
d.
Fungsi seni budaya dan telekomunikasi,
yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan
teknologi kemediaan yang modern (Hamalik, 2011:12).
3. Kelebihan Media Gambar
a.
Kelebihan Media Gambar
·
Sifatnya konkrit dan lebih
realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa
verbal;
·
Dapat mengatasi batasan
ruang dan waktu;
·
Memperjelas masalah dalam
bidang apa saja sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman;
·
Dapat mengatasi
keterbatasan pengamatan kita;
·
Harganya murah dan mudah
didapat serta digunakan (Sadiman, 2011:31).
ü
Kekurangan Media Gambar
·
Hanya menampilkan persepsi
indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat terlihat oleh sekelompok siswa;
·
Gambar diintepretasikan
secara personal dan subyektif;
·
Gambar disajikan dalam
ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran (Rahadi,
2003:27).
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Kegiatan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran ini adalah Siswa
Kelas V SDN No. 100201
Simarpinggan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian ini dilakukan di kelas V dengan
jumlah siswa sebanyak 25 siswa terdiri atas 8 Laki-laki dan 17 Perempuan.
2. Tempat
Kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran ini di lakukan di SDN No. 100201
Simarpinggan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan TP 2019/2020.
3. Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal
Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
No
|
Hari/Tanggal
|
Materi Pokok
|
Keterangan
|
1
|
Selasa, 15 Oktober 2019
|
Ideologi Pancasila
|
Prasiklus
|
2
|
Kamis, 24 Oktober 2019
|
Kedudukan Pancasila
|
Siklus I
|
3
|
Selasa, 29 Oktober 2019
|
Makna Lambang dan
Nilai-nilai Pancasila
|
Siklus II
|
4. Pihak yang Membantu
Kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran
yang berlangsung selama dua siklus pembelajaran dibantu oleh Ibu Hodriani M.Pd sebagai Supervisor 1, Ibu Rina Marlina S.Pd,SD sebagai
Supervisor 2, Ibu Siti Masnun
Panggabean S.Ag selaku
Kepala Sekolah SDN No. 100201 Simarpinggan dan Bapak Hafri Sausar SH
beserta Staf selaku Pengelola Pokjar
Pargarutan UPBJJ-Medan.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan
penelitian perbaikan pembelajaran ini melalui langkah siklus sebanyak dua
siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu Perncanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting). (Suharsini Arikunto,
2006).
Gambar 3.1 Siklus PTK (Suharsini
Arikunto, 2006).
1. Prasiklus
a) Perencanaan
ü Menentukan kelas subyek
penelitian;
ü Menyiapkan rencana pembelajaran;
ü Menentukan fokus observasi dan
aspek-aspek yang diamati;
ü Menentukan jenis data;
ü Menentukan pelaku observasi
(observer), alat bantu observasi, pedoman observasi dan
pelaksanaan observasi;
ü Menyusun instrumen penelitian;
ü Menetapkan kriteria keberhasilan.
b)
Pelaksanaan
Langkah-langkah pembelajaran yang penulis kembangkan
adalah sebagai berikut:
ü Menyiapkan alat peraga gambar;
ü Siswa diminta mengidentifikasi media gambar yang
terpasang di papan tulis;
ü Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi nilai-nilai lambang pancasila;
ü Siswa dan guru membuat kesimpulan.
c)
Pengamatan
ü Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan
siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal pembelajaran hingga
akhir. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang indikator keaktifan
dan ketrampilan proses yang telah disiapkan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya pembelajaran. Adakah permasalahan yang dihadapi siswa. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya proses pembelajaran pada individu-individu yang mampu
dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
d)
Refleksi
ü Secara kolaboratif guru
menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat
simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1;
ü Mendiskusikan hasil analisis
berdasarkan hasil indikator pengamatan, membuat suatu perbaikan tindakan atau
rancanngan revisi berdasarkan hasil analisis pencapaian indikator.
2. Siklus I
a) Perencanaan
ü Menentukan kelas subyek
penelitian;
ü Menyiapkan rencana pembelajaran;
ü Menentukan fokus observasi dan
aspek-aspek yang diamati;
ü Menentukan jenis data;
ü Menentukan pelaku observasi
(observer), alat bantu observasi, pedoman observasi dan
pelaksanaan observasi;
ü Menyusun instrumen penelitian;
ü Menetapkan kriteria keberhasilan.
b)
Pelaksanaan
Langkah-langkah
pembelajaran yang penulis kembangkan adalah sebagai berikut:
ü Menyiapkan alat peraga gambar;
ü Siswa diminta mengidentifikasi media gambar yang
terpasang di papan tulis;
ü Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi nilai-nilai lambang pancasila;
ü Siswa dan guru membuat kesimpulan.
c)
Pengamatan
ü Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan
siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal pembelajaran hingga
akhir. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang indikator keaktifan
dan ketrampilan proses yang telah disiapkan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya pembelajaran. Adakah permasalahan yang dihadapi siswa. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya proses pembelajaran pada individu-individu yang mampu
dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
d)
Refleksi
ü Secara kolaboratif guru
menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat
simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1;
ü Mendiskusikan hasil analisis
berdasarkan hasil indikator pengamatan, membuat suatu perbaikan tindakan atau
rancanngan revisi berdasarkan hasil analisis pencapaian indikator.
3.
Siklus
II
a)
Perencanaan
ü Meninjau kembali rancangan
pembelajaran yang disiapkan untuk siklus 2 dengan melakukan revisi sesuai hasil
refleksi siklus 1;
ü Menyiapkan lembar kerja siswa.
b)
Pelaksanaan
ü Menyiapkan alat peraga gambar contoh mengenal makna
lambang pancasila;
ü Siswa diminta mengidentifikasi media gambar yang
terpasang di papan tulis;
ü Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi nilai-nilai pancasila;
ü Siswa dibagi kelompok dengan
diberi Numberd Head Together (NHT)
ü Tanya Jawab tentang materi yang belum di pahami;
ü Siswa mengerjakan soal;
ü Guru memberikan penguatan;
ü Siswa dan guru membuat kesimpulan.
c)
Pengamatan
ü Guru mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan
siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal pembelajaran hingga
akhir. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang indikator keaktifan
dan ketrampilan proses yang telah disiapkan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya pembelajaran dengan. Adakah permasalahan yang dihadapi siswa. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan;
ü Teman sejawat mengamati jalannya proses pembelajaran pada individu-individu yang mampu dan tidak mampu
menyelesaikan masalahnya.
d)
Refleksi
ü Secara kolaboratif guru
menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi dan membuat kesimpulan;
ü Mendiskusikan hasil analisis
berdasarkan hasil indikator pengamatan.
C. Teknik Analisis Data
Untuk mendukung hasil penelitian
dan penilaian dilakukan pengumpulan data-data. Ada dua jenis tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis, yaitu
:
1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang
dapat dianalitis secara deskriptif, misalnya dengan mencari nilai rata-rata,
persentase keberhasilan belajar dari evaluasi belajar yang dilaksanakan
2. Data kualitatif yaitu data yang berupa hasil observasi
dan pengamatan yang dituangkan dalam informasi berbentuk kalimat yang memberi
gambaran tentang aktivitas siswa mengikuti pelajaran dan keterampilan guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar.
Rumus Penskoran :
Keterangan :
B :
Skor dari Jawaban Benar
N :
Jumlah Skor Maksimal
Rumusan menghitung persentasi ketuntasan belajar
siswa secara klasikal (per kelas), yaitu :
Keterangan
:
KBK
= Ketuntasan Belajar Klasikal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dilakukan di SDN No 100201
Simarpinggan dengan menggunakan Numbered
Head Together (NHT) dan Media Gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi Makna Lambang dan nilai-nilai Pancasila Tahun Ajaran 2019/2020.
Dalam proses belajar mengajar permasalahan yang
sering muncul salah satunya adalah metode pembelajaran yakni metode ceramah.
Metode ini siswa hanya mendengarkan dan menyalin sehingga membosankan, Sehingga
banyak siswa yang tidak semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar di
kelas. Sebelum diterapkannya Numbered
Head Together (NHT) dan Media
Gambar di SDN No 100201 Simarpinggan terlebih dahulu peneliti mengobservasi
siswa dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa pada materi nilai-nilai
pancasila.
Ternyata hasil observasi yang dilakukan siswa kurang
memahami materi makna lambing dan nilai-nilai pancasila. Kemudian langkah yang
diambil peneliti memberikan tes awal (pretes) untuk mengetahui kemampuan awal
siswa pada materi nilai-nilai pancasila.
Dalam mengerjakan soal-soal banyak siswa yang kurang
memahami soal-soal yang di berikan, ada siswa yang bermain-main pada saat
mengerjakan soal, sehingga hasil belajar pada tes awal sangat rendah.
1.
Deskripsi
hasil pembelajaran prasiklus
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan
peneliti tanggal 15 Oktober 2019 dalam pelaksanaan pelajaran PKn pada materi
nilai-nilai pancasila pada pra siklus masih kurang baikkarena masih banyak
siswa memperoleh nilai dibawah KKM.itu dapat dilihat dari hasil nilai
siswa.Hasil observasi pada pra siklus dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4.1 Hasil Belajar Prasiklus
No
|
Nama
|
KKM
|
Nilai
|
Keterangan
|
|
Tuntas
|
Tidak
Tuntas
|
||||
1
|
Adilia
Lase
|
70
|
60
|
|
√
|
2
|
Alfin
Hutagalung
|
70
|
40
|
|
√
|
3
|
Antonia
Andin Sardini Sihombing
|
70
|
50
|
|
√
|
4
|
Asti
Anjelina Marbun
|
70
|
70
|
√
|
|
5
|
Bayu
Manullang
|
70
|
40
|
|
√
|
6
|
Eslan
Nirwana Situmeang
|
70
|
70
|
√
|
|
7
|
Extefanus
Halawa
|
70
|
50
|
|
√
|
8
|
Gratia
Cristiani Tarigan
|
70
|
70
|
√
|
|
9
|
Hermin
Sitompul
|
70
|
70
|
√
|
|
10
|
Hotmaruli
Sianturi
|
70
|
70
|
√
|
|
11
|
Kristener
Parajaya Pasaribu
|
70
|
70
|
√
|
|
12
|
Linda
Kristina Simatupang
|
70
|
70
|
√
|
|
13
|
Liskana
Sihotang
|
70
|
60
|
|
√
|
14
|
Nindi
Olivia Dalimunthe
|
70
|
70
|
√
|
|
15
|
Okta
Lorenza Lubis
|
70
|
70
|
√
|
|
16
|
Putri
Pandelima Simbolon
|
70
|
80
|
√
|
|
17
|
Rinita
Mendrofa
|
70
|
60
|
|
√
|
18
|
Revandi
Manik
|
70
|
60
|
|
√
|
19
|
Syahdan
Wardi Harahap
|
70
|
70
|
√
|
|
20
|
Sella
Gresya Panggabean
|
70
|
70
|
√
|
|
21
|
Selfani
Sitompul
|
70
|
70
|
√
|
|
22
|
Sintiyani
Putri
|
70
|
40
|
|
√
|
23
|
Suci
Sitompul
|
70
|
20
|
|
√
|
24
|
Syofiatul
Adwiyah
|
70
|
70
|
√
|
|
25
|
Victor
Malianus Silalahi
|
70
|
70
|
√
|
|
Jumlah
|
|
1.540
|
|
|
|
Rata-rata
|
|
61.6
|
|
|
|
Tuntas
|
|
|
15
|
|
|
Tidak Tuntas
|
|
|
|
10
|
|
Persentase Tuntas
|
|
|
60%
|
|
|
Persentase Tidak Tuntas
|
|
|
|
40%
|
Grafik 4.1 Deskripsi Hasil
Belajar Prasiklus
Grafik 4.2 Deskripsi Persentase
Hasil Belajar Prasiklus
Berdasarkan
data prasiklus diatas diperoleh nilai rata-rata kelas 61,6 dengan jumlah siswa
yang tuntas 15 siswa (60%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 orang
atau (40%).
2.
Deskripsi
Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Setelah melakukan pembelajaran pra
siklus maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada tahap siklus I. Kegiatan
perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2019 di kelas yang
sama dengan menggunakan Numbered Head
Together (NHT) dan Media Gambar pada meteri nilai-nilai pancasila. .
Berdasarkan hasil evaluasi maka diperoleh data hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siklus I
No
|
Nama
|
KKM
|
Nilai
|
Keterangan
|
|
Tuntas
|
Tidak
Tuntas
|
||||
1
|
Adilia
Lase
|
70
|
70
|
√
|
|
2
|
Alfin
Hutagalung
|
70
|
50
|
|
√
|
3
|
Antonia
Andin Sardini Sihombing
|
70
|
60
|
|
√
|
4
|
Asti
Anjelina Marbun
|
70
|
70
|
√
|
|
5
|
Bayu
Manullang
|
70
|
40
|
|
√
|
6
|
Eslan
Nirwana Situmeang
|
70
|
80
|
√
|
|
7
|
Extefanus
Halawa
|
70
|
50
|
|
√
|
8
|
Gratia
Cristiani Tarigan
|
70
|
90
|
√
|
|
9
|
Hermin
Sitompul
|
70
|
70
|
√
|
|
10
|
Hotmaruli
Sianturi
|
70
|
90
|
√
|
|
11
|
Kristener
Parajaya Pasaribu
|
70
|
80
|
√
|
|
12
|
Linda
Kristina Simatupang
|
70
|
70
|
√
|
|
13
|
Liskana
Sihotang
|
70
|
60
|
|
√
|
14
|
Nindi
Olivia Dalimunthe
|
70
|
70
|
√
|
|
15
|
Okta
Lorenza Lubis
|
70
|
80
|
√
|
|
16
|
Putri
Pandelima Simbolon
|
70
|
90
|
√
|
|
17
|
Rinita
Mendrofa
|
70
|
70
|
√
|
|
18
|
Revandi
Manik
|
70
|
70
|
√
|
|
19
|
Syahdan
Wardi Harahap
|
70
|
80
|
√
|
|
20
|
Sella
Gresya Panggabean
|
70
|
70
|
√
|
|
21
|
Selfani
Sitompul
|
70
|
80
|
√
|
|
22
|
Sintiyani
Putri
|
70
|
60
|
|
√
|
23
|
Suci
Sitompul
|
70
|
50
|
|
√
|
24
|
Syofiatul
Adwiyah
|
70
|
70
|
√
|
|
25
|
Victor
Malianus Silalahi
|
70
|
80
|
√
|
|
Jumlah
|
|
1.750
|
|
|
|
Rata-rata
|
|
70
|
|
|
|
Tuntas
|
|
|
18
|
|
|
Tidak Tuntas
|
|
|
|
7
|
|
Persentase Tuntas
|
|
|
72%
|
|
|
Persentase Tidak Tuntas
|
|
|
|
28%
|
Grafik 4.3 Deskripsi Persentase
Hasil Belajar
Siklus I
Grafik 4.4 Deskripsi Persentase Hasil
Belajar Siklus
I
3.
Deskripsi
Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Pada tanggal 29 Oktober 2019 di kelas yang sama dengan
menggunakan Numbered Head Together (NHT)
dan Media Gambar pada meteri nilai-nilai pancasila. Deskripsi hasil tes yang
diberikan kepada siswa diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siklus II
No
|
Nama
|
KKM
|
Nilai
|
Tuntas
|
Tidak
Tuntas
|
1
|
Adilia
Lase
|
70
|
80
|
√
|
|
2
|
Alfin
Hutagalung
|
70
|
60
|
|
√
|
3
|
Antonia
Andin Sardini Sihombing
|
70
|
70
|
√
|
|
4
|
Asti
Anjelina Marbun
|
70
|
80
|
√
|
|
5
|
Bayu
Manullang
|
70
|
80
|
√
|
|
6
|
Eslan
Nirwana Situmeang
|
70
|
90
|
√
|
|
7
|
Extefanus
Halawa
|
70
|
70
|
√
|
|
8
|
Gratia
Cristiani Tarigan
|
70
|
100
|
√
|
|
9
|
Hermin
Sitompul
|
70
|
80
|
√
|
|
10
|
Hotmaruli
Sianturi
|
70
|
100
|
√
|
|
11
|
Kristener
Parajaya Pasaribu
|
70
|
90
|
√
|
|
12
|
Linda
Kristina Simatupang
|
70
|
80
|
√
|
|
13
|
Liskana
Sihotang
|
70
|
80
|
√
|
|
14
|
Nindi
Olivia Dalimunthe
|
70
|
80
|
√
|
|
15
|
Okta
Lorenza Lubis
|
70
|
90
|
√
|
|
16
|
Putri
Pandelima Simbolon
|
70
|
100
|
√
|
|
17
|
Rinita
Mendrofa
|
70
|
80
|
√
|
|
18
|
Revandi
Manik
|
70
|
80
|
√
|
|
19
|
Syahdan
Wardi Harahap
|
70
|
90
|
√
|
|
20
|
Sella
Gresya Panggabean
|
70
|
80
|
√
|
|
21
|
Selfani
Sitompul
|
70
|
90
|
√
|
|
22
|
Sintiyani
Putri
|
70
|
70
|
√
|
|
23
|
Suci
Sitompul
|
70
|
60
|
|
√
|
24
|
Syofiatul
Adwiyah
|
70
|
80
|
√
|
|
25
|
Victor
Malianus Silalahi
|
70
|
90
|
√
|
|
Jumlah
|
|
2050
|
|
|
|
Rata-rata
|
|
82
|
|
|
|
Tuntas
|
|
|
23
|
|
|
Tidak Tuntas
|
|
|
|
2
|
|
Persentase Tuntas
|
|
|
92%
|
|
|
Persentase Tidak Tuntas
|
|
|
|
8%
|
Grafik 4.5 Deskripsi Hasil
Belajar Siklus
II
Grafik 4.6 Deskripsi Persentase Hasil Belajar Siklus II
Dari
data dapat diperoleh rekapitulasi hasil perbaikan pembelajaran dari pra siklus,
siklus I, siklus II adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Rekapitulasi
Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Siklus
No.
|
Pencapaian
Hasil Belajar
|
Sebelum
Siklus
|
Siklus
|
|
I
|
II
|
|||
1
|
Jumlah
siswa yang tuntas belajar
|
15
|
18
|
23
|
2
|
Nilai
rata-rata kelas
|
61,6
|
70
|
82
|
3
|
Persentase
ketuntasan
|
60%
|
72%
|
92%
|
Lebih jelasnya peningkatan hasil belajar siswa dapat
di lihat dari rata-rata nilai saat tes prasiklus, hasil siklus I dan hasil
siklus II seperti pada gambar diagram batang dibawah ini :
Grafik
4.7 Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas Hasil Belajar Siswa
§ Rata-rata Kelas
|
Berdasarkan grafik diatas dapat
dilihat peningkatan persentase hasil belajar siswa dari tes awal dan siklus I
hingga siklus II terlihat peningkatan. Hal ini berarti tujuan penelitian untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada nilai-nilai pancasila tercapai.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.
Prasiklus
Sebelum melakukan pada tahap awal
Prasiklus diketahui bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah yakni 15
orang siswa yang tuntas dan 10
orang siswa yang tidak tuntas. diketahui bahwa hasil belajar siswa pada tes awal rata-rata
61,6. dengan jumlah siswa yang tuntas 15 orang (60%) dan
siswa yang tidak tuntas 10 orang (40%). Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa
tingkat penguasaan dan hasil belajar siswa masih rendah. Untuk itu dilakukan
perbaikan pembelajaran materi nilai-nilai pancasila ke Siklus I.
2.
Siklus I
Pada
Siklus I diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas meningkat dibandingkan dengan
kegiatan prasiklus. Dari 25 siswa, 18 siswa (72%) sudah memperoleh nilai di atas
KKM, 7 siswa (28%) belum mencapai KKM
dan rata-rata hasil belajar siswa 70. Hal ini disebabkan oleh siswa kurang
konsentrasi dalam pembelajaran, tidak semua siswa terlibat aktif, kurangnya
motivasi guru terhadap siswa, dan kurangnya keberanian dalam mengutarakan
pendapat. Dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM, maka
penelitian ini dilanjutkan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
3.
Siklus II
Pada
Siklus II, 23 siswa (92%) sudah memperoleh nilai di atas KKM, dan yang tidak tuntas
2 siswa (8%) dengan nilai rata-rata kelas 82. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan
perbaikan pada siklus II meggunakan Numbered
Head Together (NHT) dan media gambar pada siswa Kelas V materi nilai-nilai
pancasila dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil tersebut
peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini dihentikan pada siklus ini.
Adapun hasil refleksi pada siklus II adalah:
a. Hampir semua siswa terlibat aktif
dalam melakukan aktifitas belajar.
b. Dalam diskusi kelompok, hampir semua
siswa sudah aktif dan tercipta kerja sama yang baik dalam menyelesaikan tugas.
c. Hasil evaluasi belajar sudah baik
walaupun masih ada 2 siswa yang nilainya dibawah KKM yakni siswa
tersebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Namun rata-rata nilai sudah diatas KKM yaitu 70 dan tingkat ketuntasan 92%.
Tabel 4.5 Hasil Belajar Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No
|
Nama Siswa
|
KKM
|
Nilai
|
||
Prasiklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|||
1
|
Adilia Lase
|
70
|
60
|
70
|
80
|
2
|
Alfin Hutagalung
|
70
|
40
|
50
|
60
|
3
|
Antonia Andin Sardini Sihombing
|
70
|
50
|
60
|
70
|
4
|
Asti Anjelina Marbun
|
70
|
70
|
70
|
80
|
5
|
Bayu Manullang
|
70
|
40
|
40
|
80
|
6
|
Eslan Nirwana Situmeang
|
70
|
70
|
80
|
90
|
7
|
Extefanus Halawa
|
70
|
50
|
50
|
70
|
8
|
Gratia Cristiani Tarigan
|
70
|
70
|
90
|
100
|
9
|
Hermin Sitompul
|
70
|
70
|
70
|
80
|
10
|
Hotmaruli Sianturi
|
70
|
70
|
90
|
100
|
11
|
Kristener Parajaya Pasaribu
|
70
|
70
|
80
|
90
|
12
|
Linda Kristina Simatupang
|
70
|
70
|
70
|
80
|
13
|
Liskana Sihotang
|
70
|
60
|
60
|
80
|
14
|
Nindi Olivia Dalimunthe
|
70
|
70
|
70
|
80
|
15
|
Okta Lorenza Lubis
|
70
|
70
|
80
|
90
|
16
|
Putri Pandelima Simbolon
|
70
|
80
|
90
|
100
|
17
|
Rinita Mendrofa
|
70
|
60
|
70
|
80
|
18
|
Revandi Manik
|
70
|
60
|
70
|
80
|
19
|
Syahdan Wardi Harahap
|
70
|
70
|
80
|
90
|
20
|
Sella Gresya Panggabean
|
70
|
70
|
70
|
80
|
21
|
Selfani Sitompul
|
70
|
70
|
80
|
90
|
22
|
Sintiyani Putri
|
70
|
40
|
60
|
70
|
23
|
Suci Sitompul
|
70
|
20
|
50
|
60
|
24
|
Syofiatul Adwiyah
|
70
|
70
|
70
|
80
|
25
|
Victor Malianus Silalahi
|
70
|
70
|
80
|
90
|
Jumlah
|
|
1.540
|
1.750
|
2.050
|
|
Rata-rata
|
|
61,6
|
70
|
82
|
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa,
dari 25 siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus nilai rata-rata kelas 61,6. Setelah dilakukan perbaikan siklus I, hasil
belajar siswa meningkat menjadi dengan nilai rata-rata kelas 70. Selanjutnya pada kegiatan perbaikan siklus
II, hasil belajar siswa meningkat nilai di atas KKM dengan nilai rata-rata
kelas 82. Untuk lebih jelasnya, peningkatan hasil belajar siswa
dari kegiatan prasiklus hingga kegiatan perbaikan siklus II dapat dilihat pada
grafik berikut :
Grafik 4.8 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Grafik 4.9 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
BAB V
SIMPULAN
DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh peneliti di SDN No. 100201
Simarpinggan Kecamatan Angkola Selatan Penggunaan Numbered Head Together
(NHT) dan media gambar pada mata pelajaran PKn materi nilai-nilai pancasila
dapat meningkatkan hasil belajar.
Pada tahap awal Prasiklus diketahui
bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah yakni 15 siswa (60%) orang siswa
yang tuntas dan 10 siswa (40%) yang tidak tuntas. Berdasarkan grafik diatas, bahwa
hasil belajar siswa pada tes awal rata-rata 61,6 dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hasil belajar sebelum dilakukan tindakan masih rendah oleh
karena itu perlu dilakukan perbaikan dengan melanjutkan ketindakan siklus I.
Pada
Siklus II diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas meningkat dibandingkan dengan
kegiatan prasiklus. Dari 25 siswa, 18 siswa (72%) sudah memperoleh nilai di
atas KKM, 7 siswa (28%) belum mencapai
KKM dengan nilai rata–rata kelas 70. Hal ini dikarenakan, siswa termotivasi
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan media gambar, siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran. Dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM,
maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Pada
Siklus II 23 siswa (92%) sudah memperoleh nilai di atas KKM dan 2 siswa (8%)
belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas 82. Hal ini menunjukan bahwa
kegiatan perbaikan pada siklus II meggunakan Numbered Head Together (NHT) dan media gambar pada siswa Kelas V
materi nilai-nilai pancasila dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini
dihentikan pada siklus ini.
B. Saran Tindak Lanjut
Pengalaman adalah guru yang baik,
demikian kata yang paling tepat untuk mengungkapkan keberhasilan pelaksanaan
penelitian. Mengingat besarnya manfaat hasil penelitian ini saya menyarankan
kepada semua pihak yang berkompeten dalam dunia pendidikan agar mereka ada
kemauan yang tulus meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas.
Untuk guru diharapkan
melakukan pengajaran dengan menggunakan media pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) dan Media Gambar sebagai
alternative dalam kegiatan pembelajaran karena metode ini dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dan dapat memotivasi siswa serta melatih siswa untuk
belajar aktif. Dalam melaksanakan pembelajaran
hendaknya selalu menggunakan model pembelajaran dan media yang bervariatif agar
siswa merasa senang dan aktif mengikuti proses pembelajaran.
Untuk Kepala Sekolah sebagai
orang yang bertanggung jawab sebagai managerial pelaksanaan pendidikan di Satuan
Pendidikan. Hendaknya dapat membantu guru dalam melakukan penelitian,
pengambilan kebijakan dan dapat mensosialisasikan hasil penelitian penggunaan
model pembelajaran Numbered Head together
(NHT) dan Media Gambar. Laporan ini dapat dijadikan bahan kajian untuk meningkatkan
pengetahuannya melalui forum kelompok kerja guru dll.
0 komentar:
Posting Komentar