Tari adat Sumatera Utara jika dikaji dari aspek sejarah, maka akan ditemukan basis kesukuan yang kompleks. Ada tarian yang berbasis suku melayu, suku batak, dan dari suku lainnya yang ada di Sumatera Utara. Kemudian, ada tari yang masih eksis hingga kini dan ada pula yang sudah mulai ditinggalkan.
Pengaruh budaya asing terhadap eksitesni budaya lokal di Sumatera Utara sangatlah kuat. Medan sebagai ibukota kini menjadi kota yang terbuka untuk semua budaya dan kesenian. Semoga pemerintah daerah segera ambil kebijakan guna mempertahankan eksistensi kesenian tari di Sumatera Utara. Jangan sampai di masa uag akan datang, generasi mudanya tidak kenal dengan kesenian suku Batak yang ada di Sumut misalnya.
Selain itu, untuk mempertahankan tarian daerah Sumetera Utara agar tetap ada, diperlukan juga kesadaran dari masyarakar setempat. Jangan sampai masyarakat tidak mau peduli dengan kesenian daerahnya.
Nah, bagi kalian yang ingin tahu apa saja tarian adat daerah Sumatera Utara, simak informasinya ini.
Daftar Isi
1. Tari Adat Piso Surit
Piso dalam bahasa Batak Karo sebenarnya berarti pisau dan banyak orang mengira bahwa Piso Surit merupakan nama sejenis pisau khas orang Karo. Sebenarnya Piso Surit berasal dari bunyi sejenis burung yang suka bernyanyi. Kicau burung ini bila didengar secara seksama sepertinya sedang memanggil-manggil dan kedengaran sangat menyedihkan.
2. Tari Adat Guro-Guro Aron (Terang Bulan)

3. Tari Adat Tak-Tak Garo-Garo

4. Tari Adat Fataele

Dalam pertunjukan, tarian Sumatera Utara ini, penari akan membawa gari atau pedang, baluse atau tameng dan juga toho atau tombak sebagai properti ketika menari. Tameng yang digunakan biasanya terbuat dari kayu berbentuk menyerupai daun pisang pada tangan kiri. Sedangkan pedang atau tombak akan dipegang pada tangan kanan. Kedua senjata ini juga menjadi senjata utama yang digunakan ksatria Nias ketika berperang.
Baca juga: Kebudayaan Suku Nias
5. Tari Adat Tandok

Tarian ini biasanya dilakukan para wanita yang memakai pakaian tradisional Batak dengan dominasi warna hitam dan merah. Sementara properti yang dipakai adalah tandok, ulos dan juga kain sarung yang biasanya dilakukan empat orang penari akan tetapi juga bisa dilakukan lebih dari empat orang asalkan jumlahnya genap.
Sementara untuk musik yang digunakan adalah musik Gondang yakni alat musik ansambel yang memiliki tangga nada beragam. Jika pada gamelan Bali dan Jawa variasi musik dihasilkan dari kehandalan pemain Salendro, dalam Gondang akan tergantung dari pemain Sarune dan Taganing.
6. Tari Adat Lenggok Mak Inang

Ada empat ragam gerakan dalam Tari Lenggok Mak Inang. Pada ragam-ragam tersebut ada beberapa gerakan yang sama dengan gerakan sebelumnya, ada pula gerakan yang berbeda. Ragam-ragam gerakan Tari Lenggok Mak Inang saling melengkapi dan berkolaborasi antara satu ragam dengan ragam yang lain.
7. Tari Adat Endeng-Endeng

Tari endeng-endeng merupan tari tradisi yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan. Dalam penampilannya, endeng-endeng dimainkan oleh sepuluh pemain yakni dua orang bertugas sebagai vokalis, satu orang pemain keyboard, satu orang pemain tamborin, lima orang penabuh gendang, dan seorang pemain ketipung (gendang kecil). Daya tarik kesenian ini adalah joget dan tariannya yang ceria, sesuai dengan lagu-lagu yang dibawakan.
8. Tari Adat Serampang Dua Belas

Tarian ini menjadi salah satu cara masyarkat Melayu Deli dalam mengajarkan tata cara pencarian jodoh kepada generasi muda. Sehingga Tari Serampang Dua Belas menjadi kegemaran bagi generasi muda untuk mempelajari proses yang akan dilalui nantinya jika ingin membangun rumah tangga.
9. Tari Adat Tor-Tor Tongkat Panaluan

Konon menurut sejarah suku batak bahwa Tunggal Panaluan ini merupakan fakta sejarah yang memiliki kisah hubungan terlarang, pada dahulu kala ada seorang raja yang tinggal di desa Sidogor dogor Pangururan di pulau Samosir di teluk perpisahan antara darat dan air, Raja ini bernama Guru Hatiabulan dengan memiliki seorang istri bernama Nan Sindak Panaluan.
10. Tari Adat Tor-Tor Sigale-Gale

Baca: Kebudayaan Suku Batak
11. Tari Adat Souan

12. Tari Adat Persembahan

13. Tari Adat Tor-Tor Tujuh Cawan

Tari Tor-Tor Tujuh Cawan tidak bisa dipelajari sembarangan orang kecuali kalau memang sudah jodoh. Lewat turun temurun, tarian tujuh cawan dianggap sebagai tarian paling unik karena sang penari harus menjaga keseimbangan tujuh cawan yang diletakkan di kedua belah tangan kanan dan kiri tiga serta satu di kepala.
14. Tari Adat Toping-Toping (Huda-Huda)

Bagian pertama yaitu huda-huda yang dibuat dari kain dan memiliki paruh burung enggang yang menyerupai kepala burung enggang yang konon menurut cerita orang tua bahwa burung enggang inilah yang akan membawa roh yang telah meninggal untuk menghadap yang kuasa.
Bagian kedua adalah manusia memakai topeng yang disebut topeng dalahi dan topeng ini dipakai oleh kaum laki-laki dan wajah topeng juga menyerupai wajah laki-laki dan kemudia topeng daboru dan yang memakai topeng ini adalah perempuan karena topeng ini menyerupai wajah perempuan (daboru).
15. Tari Adat Campak Bunga
Tari Campak Bunga merupakan tarian yang menggambarkan ejekan, sindiran, atau pun kelakar masyarakat dalam mempergunjingkan tingkah laku anak-anak muda yang sedang dilanda asmara. Tarian ini berhubungan dengan Tari Lenggok Mak Inang, sebuah tarian yang menggambarkan kisah cinta sepasang kekasih sejak mereka bertemu hingga ke pelaminan.Hubungan tema antara tari Campak Bunga dengan Tari Lenggok Mak Inang membuat kedua tarian ini mempunyai bentuk gerak dan pola edar yang serupa. Hanya saja, pada saat lagu pengiring sampai pada refrein, gerakan Tari Campak Bunga merupakan kebalikan dari gerakan pada Tari Lenggok Mak Inang.
Baca juga: Alat Musik Tradisional Sumatera Utara
16. Tari Adat Lenggang Patah Sembilan

17. Tari Adat Manduda

18. Tari Adat Balanse Madam

Kedatangan bangsa Portugis ke Kota Padang telah membawa dampak terhadap tumbuhnya kesenian di Padang waktu itu, diantaranya tari Balanse Madam dan Musik Gamad. Tari Balanse Madam sebuah tari tradisional yang terdapat di Seberang Palinggam Kota Padang, yang menjadi milik dan warisan budaya masyarakat Suku Nias Kota Padang.
19. Tari Adat Baluse

20. Tari Adat Maena

Pantun maena biasanya dibawakan oleh satu orang atau dua orang dan disebut sebagai sanutuno maena, sedangkan syair maena (fanehe maena) disuarakan oleh orang banyak yang ikut dalam tarian maena dan disebut sebagai sanehe maena/ono maena. Syair maena bersifat tetap dan terus diulang-ulang/disuarakan oleh peserta maena setelah selesai dilantunkannya pantun-pantun maena, sampai berakhirnya sebuah tarian maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih bertuntun bahasa Nias.
21. Tari Adat Moyo (Tari Elang)

Baca: Lagu Daerah Sumatera Utara
22. Tari Adat Sapu Tangan
Tari Sapu Tangan merupakan tari tradisional Melayu yang berasal dari Sumatra Utara. Tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat Melayu pedesaan dalam keseharian mereka. Tari Sapu Tangan bertempo sedang, yaitu 2/4 namun sedikit lebih cepat. Sesuai dengan lagu pengiringnya, yaitu lagu Cek Minah Sayang, tarian ini pun sering disebut sebagai Cek Minah Sayang. Ragam gerakan dalam tarian ini mirip dengan Tari Kapri dari Tapanuli Tengah atau Tari Kaparinyo dari Minangkabau. Sebagaimana namanya, tarian in menggunakan sapu tangan dari awal hingga akhir.Tarian ini menggambarkan kebiasaan masyarakat, misalnya dalam kegiatan setelah panen. Kegiatan ini penuh dengan rasa kekeluargaan dan memiliki jiwa gotong royong yang tinggi. Nilai-nilai kearifan dan kebiasaan masyarakat Melayu tersebut tercermin pada gerakan-gerakan dalam ragam tarian ini.
0 komentar:
Posting Komentar