Media Sosial

FOTO TERBARU

FOTO TERBARU
PASPOTO

FOTO TERBARU

FOTO TERBARU
PASPOTO

Harta Yang Paling Berharga adalah Keluarga

Mengenai Saya

Foto saya
Padangsidimpuan, Sumatera Utara, Indonesia
IRSAN SIHOMBING

REKAP PEMILU 2019 TK. KECAMATAN ANGKOLA SELATAN

REKAP PEMILU 2019 TK. KECAMATAN ANGKOLA SELATAN
DIRIKU

Jumat, 11 Oktober 2019

Makalah Model-model Pembelajaran Terpadu

Makalah Model-model Pembelajaran Terpadu

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas I, II & III) berada dalam rentangan usia dini. Pada usia dini, seluruh aspek perkembangan kecerdasan anak (IQ, EQ dan SQ) tumbuh dan berkembang sangat luar biasa cepat sehingga usia ini sering disebut usia emas (golden age) dalam perkembangan anak.
Dalam aspek perkembangan kognitif (berdasarkan teori/tahap perkembangan kognitif Piaget), menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap berbagai obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi(menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep dalam pikiran untuk menafsirkan obyek). Proses belajar anak tidak sekedar menghafal konsep-konsep dan fakta-fakta, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Belajardimaknai sebagai proses interaksi dari anak dengan lingkungannya. Sejalan dengan tahapan perkembangan dan karakteristik cara anak belajar tersebut,maka pendekatan pembelajaran siswa SD kelas-kelas awal adalah pembelajaran tematik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan pengertian model pembelajaran terpadu!
2.      Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis model pembelajaran tematik beserta kelemahan dan keunggulannya!
3.      Jelaskan pentingnya nilai-nilai islam dalam pembelajaran tematik!
C. Tujuan
1. Agar mengetahui makna model pembelajaran terpadu
2. Agar mengetahui jenis-jenis model pembelajaran tematik beserta kelemahan dan keunggulannya.
3. Agar mengetahui pentingnya nilai-nilai islam dalam pembelajaran tematik.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
A.    Pengertian Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3). Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuan siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.
            Adapun soekamto dkk (dalam nurulwati, 2000:10) mengemukakan dari maksud model pembelajaran adalah :’’kerangka konseptual yang melukiskan prsedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk menggapai tujuan belajar tertentu ,dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar .’’dengan demikian aktivitas pembelajaran benar benar merupakan kegiatan yang bertujuan terata secara sistematis ,hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh eggen dan kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar .
            Arends(1997:7)menyatakan ‘ The term teaching model refers to a particular approach to intruction that includes its goals , syntax ,enviroment ,and management system .’’istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuanya ,sintaksnya ,lingkunganya , dan sistem pengelolaanya .
            Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi ,metode atau prosedur . model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi ,metode atau  prosedur ,ciri ciri tersebut ialah
1)      Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya
2)      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pemb elajaran yang akan di capai )
3)      Tingkahlaku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil dan
4)      Lingkungan bvelajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai .(Kardi dan Nur ,2000:9)
            Selain ciri ciri khusus pada suatu model pembelajaran , menurut Nieveen (1999), suatu model pembelajaran dikatan baik jika memenuhi kriteria sebagfai berikut :
·         Sahih (valid)
·         Praktis
·         Efektif
B.     Hakikat Pembelajaran Tematik
Sebelum kita membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu akan kita kaji apakah yang dimaksud dengan model? Secara menyeluruh model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensip (Meyer, W. J.,1985:2). Sebagai contoh, model pesawat terbang. Contoh lain adalah ilmu politik, opini public diibaratka sebagai sebuah pendulum sebab ia berubah-rubah tiap periodiknya dari kiri ike kanan begitu terus berkelanjutan. Secara terminologi, kita dapat mengatakan bahwa pendulum adalah sebuah model untuk opini publik.
Dalam matematika kita juga mengenal istilah model matematika yaitu sebuah model yang bagian bagiannya terdiri dari konsep matematik, seperti ketetapan (konstanta), variable, fungsi, persamaan, pertindaksamaan, dan sebagainya (meyer, W. J., 1985:2). Sebagai contoh model matematika gerak parabola, model matematika gerak jatuh bebas dan sebagainya (Trianto, 2008:1).
C.    Ragam Model Pembelajaran Tematik
Menurut Fogarty dalam bukunya How to Integrate the Curricula, ada 10 macam model pembelajaran terpadu, seperti : fragmented (penggalan), connected (keterhubungan), nested (sarang),  sequenced (pengurutan),  shared (irisan),  webbed (jaring laba-laba), threaded (bergalur),  integrated (terpadu),  immersed (terbenam), dan networked (jaringan kerja).
Model-model tersebut dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut:
1.      Fragmented (Penggalan)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5GdjoPKcn4MBGmSYPp-3j_LXnG_kzIAdbSFUBFovwueYcE-mo677bxNUUKdKGT9ZZ1yXoH4w6IVOrdOi-ulv6YL1S0-tdNNbobZeqQfNjyoO7dOaU-MRUYCTLpScSA_pVqx5oOFnao5I/s1600/terpadu-fragmented.JPG 
Model Fragmented adalah model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.
Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
Keunggulan model ini adalah guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
2.   Connected  (Keterhubungan)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAs0HY9UxN_Z3PLZ5ux_r6wroBZtst3wgpdc4DEqfIG-bS47-mm-b7oWgX-ghA0IC60D6lG7qJwu14ZLng8RhTe5u91zJjjJpJ03vG8CC8FXofQ7BnLbqo0QHhg2N4r3TQ4P_l9d0zJ50/s1600/terpadu-connected.JPG 
Model Connected adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keteramilan yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester berikutnya dalam satu bidang studi.
Keunggulan model ini adalah siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kelemahan model ini adalah guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
3.      Nested (Sarang)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzScDuN7nXEze_gFMx_Lmg2pWC5Sh6vAl7h9AAh6Lv-lOaW10XV9QWLMChunoKqhV0P48o2ydwVM3BcjApfYZtmK2hOhN3pjY3XDtt0zDVetCmVSsKbgU3qchgQnk6q3W77KwLtWRhiyI/s1600/terpadu-nested.JPG 
Model Nested adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada satu mata pelajaran saja.
Tetapi materi pelajaran masih ditempatkan pada prioritas utama yang kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. Model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Keunggulan model ini adalah kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.
4.      Sequenced (Pengurutan)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWrFvaKk5dHp4FD5jwRpVvJOKVyk5QYqIR2lke9lH6rOHz0CEHwzwMbuAKSKKTbY7sC12mCq4vgGut20aLXxKu62evLJLOaOHUpJGCKFOTGOUikf8bzdxWJTzQwraw_XvpTGrwgzOEBmU/s1600/terpadu-sequence.JPG 
Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik atau unit yang disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.
Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model ini adalah perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang lainnya.
5. Shared (Irisan)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrdFYCEhpp1q8o8Fs74VaHBdR2PWk9kY0hhhlzf9TIVUHCi0bbGOEcLunfpiMegWsFSPOEZEbhf7qrw2WlxzilCjsgTU-onT2Cfdf_1O2rC-yDQ50K8pG8V5PLXeZi7uOYEMX5qGy-NIA/s1600/terpadu-shared.JPG 
Model shared adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu fokus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu pelajaran saja.
Keunggulan model ini adalah dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.
Kelemahan model ini adalah untuk menyusun rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.
6.      Webbed (Jaring Laba-laba)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmnGbrg_teSHHoL9m2YMClHZAIv28quAcRwNU_u1sNNOuWP1vKWKhd1feoK3TNmobTRi0Htj1ZlISYRbLjCeTohl8Ons5XKePIvROwyYMyVhyVg6mwjgz_vP6ixwMK0W7GGGKNmHB7b-U/s1600/terpadu-webbed.JPG 
Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati, maka dikembangkan menjadi subtema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan bidang studi lain. setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas pembelajatran yang mendukung.
Keunggulan model ini adalah faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa. Mereka dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan, kemudahan untuk lintas semester dalam KTSP sangat mendukung untuk dapat dilaksanakannya model pembelajaran ini.
Kelemahan model ini adalah kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa. Selain itu seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan. Perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
7.      Threaded (Bergalur)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3MciIzf18H8rbl39gU2v_rU4dIzc9GnRMRnOVt1-S4XjkjpM-I4zKHlkIIc9KRyAMSFjqETrc9Lby2pNcRXYlyU2QyAfRNC_to8796pjXd30sCvRbBJXcrwN-y0lrU7qe5gL7Jht6jUk/s1600/terpadu-threated.JPG 
Model Threaded adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti subyek materi. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari bagian materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpan tindih.
Keunggulan model ini adalah konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Nilai lebih dari model ini adalah materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran superor dapat memiliki kekuatan transfer pada keterampilan hidup.
Kelemahan model ini adalah hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan secara eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan strategi yang digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.
8.      Integrated (Keterpaduan)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQwPIsEiUPhmJrMTJ2e4PYKqqpuCqRV-QxKfhoPtp5VGfSxCcrnPid1QWUTiIeJh9pOhLolAECOyDYcezGpX6CGAb9IoK6j5jNoxpwUPtPmeVcBeRo40xeQ7m0FiGdgZeO4T4nrsYo0gk/s1600/terpadu-integrated.JPG 
Model integrated adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Untuk membuat tema, guru harus menyeleksi terlebih ahulu konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu tema untuk memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket pembelajaran bertema.
Keunggulan model ini adalah siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai disiplin ilmu, memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan dengan baik maka dapat dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan sekolah “integrated day” 
Kelemahan model ini adalah sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait. Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
9.      Immersed (Terbenam)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUBB8vgYeRqhSyJzvcj-T8JXC30yauq4KrZLU4vW4kkYOSRc9r1M6pSN02dbnhMfOBVlA7IJJ-qXxnDM-7K24hvZrmvhVdagY0LKwauybYsRO-2XiMGkPpcjmymyLAd9lu9jyUBV3dQYg/s1600/terpadu-immersed.JPG 
Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMA dalam bentuk proyek di akhir semester.
Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas. Model ini melatih kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga SMA. Bagi siswa kelas 4 SD model ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI. Misalnya merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.
Kelemahan model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn secara baik dan terencana sebelumnya.
10. Networked (Jaringan Kerja)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2cL6xXuycp8IatZeaFZOltVjODZHiXSlKhwAF-1UPQYlBW7JiK46QZ1xFL7v3hq5TYRshyO0b1iCITAsXIu0rXua_whpXC1Rs6xdrI73ji1fxEEHlzYt0CSWsX52_LkT86viivzbAcgI/s1600/terpadu-networked.JPG 
Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Keunggulan model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung.
Kelemahan model ini adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.
            Tentu saja dari model-model pembelajaran terpadu seperti yang telah dikemukakan oleh Robin Forgarty dan Jacobs diatas, tidak semuanya tepat diterapkan disekolah dasar Indonesia. Menurut hasil pengkajian tin pengebangan PGSD (1997), terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang nampaknya paling cocok atau tepat diterapkan disekolah dasar kita, yaitu model jarring laba-laba(webbing),model keterhubungan (connected) edan nodel keteroaduan (integrated).
Dibawah ini diuraikan ketiga model pembelajaran terpadu tersebut beserta kelebihan dan kelemahan pada pelaksanannnya.
1.      Model jarring laba-laba
Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini mulai dengan pendekatan tema yang kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran yang terkait. Dari subtema tersebut diharapkan aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya.
·         Kekuatan pembelajaran terpadu model jarring laba-laba adalah sebagai berikut:
a.       Adanya factor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat dimnati.
b.      Model jarring laba-laba relative lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman .
c.       Model ini mempermudah per4encanaan kerja tim untuk mengembangkan tema kedalam semua bidang isi pelajaran
·         Kelemahan pembelajaran terpadu model jarring laba-laba sebagai berikut:
a.       Langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jarring laba-laba adalah menyeleksi tema.
b.      Adanya kecendrungan merumuskan suatu tema yang dangkal sehingga hal ini hanya berguna secara artificial didalam perencanaan kurikulum.
c.       Guru dapat menjaga misi kurikulum.
d.      Dalam pembeljaran guru lebih focus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.
2.      Model keterhubungan (Connected)
Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topic dengan topik, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugs yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan dihari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya didalam satu mata pelajaran.
·         Kekuatan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah:
a.       Dengan mengikatkan ide-ide dalam satu mata pelajaran,siswa memilikim keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu aspek.
b.      Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus menerus sehingga terjadi internalisasi.
c.       Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki dan mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan memudahkan transfer atau pemindahan ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.
·         Kelemahan model pembelajaran keterhubungan adalah:
a.       Berbagain mata pelajaran didalam model ini tetap terpisah dan Nampak tidak terkait, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit anata mata pelajaran (interdisiplin).
b.      Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antara mata pelajaran.
c.       Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintegrasikan ide-ide dalam suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan matapelajaran lain.
3.      Model keterpaduan (integrated)
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih didalam beberapa mata pelajaran. Beberapa dengan model jarring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagi langkah awal maka dalam model keterpaduan temayang terkait dan bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai mata pelajaran.
·         Kekuatan model keterpaduan antaralain:
a.       Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan diantara berbagai mata pelajaran.
b.      Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian.
c.       Mampun membangun motivasi.
·         Kelemahan model keterpaduan antaralain:
a.       Model ini model yang sangat sulit diterapkan secara penuh.
b.      Model ini menghendaki guru yang terampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap dan keterampilan yang sanagt diprioritaskan.
c.       Model ini menghendaki tim antar mata pelajaran yang terkadang sulit dilakuakn, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.
D.    Nilai-nilai Islami Dalam Pembelajaran Tematik
1.       Pentingnya Integrasi Nilai-nilai Islami pada Proses Belajar Mengajar
Bertolak dari rumusan UU Sistem Pendidikan Nasional RI No. 20 tahun 2003 pasal 339, yang mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan Indonesia mengarahkan warganya kepada kehidupan yang beragama. Maka sebagai salah satu bentuk realisasi dari UU Sisdiknas tersebut, Integrasi adalah alternatif yang harus di pilih untuk menjadikan pendidikan lebih bersifat menyeluruh (integral-holistik). Gagasan integrasi (nilai-nilai islami [agama] dan umum) ini bukanlah sebuah wacana untuk meraih simpatik akademik, melainkan sebuah kebutuhan mendesak yang harus dijalankan sebagai pedoman pendidikan yang ada, mengingat pendidikan selama ini dipengaruhi oleh dualisme yang kental antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum/ sekuler yang menyebabkan dikotomi ilmu, sebagaimana dipaparkan di atas.
Bukti nyata dari kebutuhan adanya panduan dan model integrasi ilmu ini ditunjukan dengan diselenggarakannya berbagai seminar nasional berkenaan dengan reintegrasi ilmu, sampai pada kebijakan dari pemerintah, seperti kebijakan integrasi madrasah ke dalam sistem pendidikan nasional dalam UUSPN No. 2 tahun 1989, madrasah mengalami perubahan “sekolah agama” menjadi “sekolah umum bercirikan  khas islam”.
Pengintegrasian madrasah ke dalam sistem pendidikan nasional menemukan titik puncaknya pada awal 2000, setelah Presiden RI ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid yang mengubah struktur kementrian pendidikan dari “Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjadi “Departemen Pendidikan Nasional”. Berdasarkan Hal itu Abdurrahman Wahid menggulirkan ide “pendidikan satu atap” sistem pendidikan nasional dan memiliki status serta hak yang sama. Inilah yang diharapkan dan mengakhiri dikotomi “pendidikan umum” dan “pendidikan Islam”.
Sejarah menunjukan, sudah sejak lama sebelum Istilah Integrasi memposisikan   diri dalam memberikan kerangka normatif Nilai-nilai Islami pada pembelajaran, sebelumnya bahkan sampai saat ini gagasan Islamisasi Sains menjadi Jargon yang mendapat sambutan luar biasa dari cendikiawan Muslim, mulai Al-Maududi 1930-an, S.H. Nasr, Naquib Al-Attas dan Ja’far Syaikh Idris tahun 1960-1970-an; Ismail Al-Faruqi tahun 1980-an; sampai pada Ziauddin Sardar. Islamisasi sains tersebut tidak lain adalah sebuah reintegrasi ilmu, dalam menangkal ilmu (sekuler) yang disertai isme-isme yang datang dari luar yang belum tentu sesuai dengan peredaran darah dan tarikan nafas yang kita anut, yang akhir-akhir ini dikenal istilah integrasi.
Sebagai hasil kebutuhan tersebut, untuk tingkat Universitas, akademisi ataupun umum misalnya terbit buku Integrasi Ilmu; sebuah rekonstruksi holisitk karangan Mulyadi Kertanegara, yang diharapkan menjadi buku daras untuk UIN walaupun masih bersifat umum. Melacak jejak Tuhan: Tafsir Islami atas Sains karangan Mehdi Golshani yang sekarang menjadi hak paten milik negara dan oleh Diknas diedarkan kelembaga pendidikan SMP dan SMA. Bahkan secara revolusioner Armahedi Mahzar menerbitkan Revolusi Integralisme Islam: ‘Merumuskan Paradigma Sains dan Teknologi Islami’, 2004.  Inilah beberapa alasan mendasar pentingnya integrasi untuk diterapkan dalam pembelajaran.
Dalam lingkup mikro, masih minimnya panduan Integrasi Nilai-nilai Islami pada proses pembelajaran di sekolah baik model, metode, ataupun pendekatan pembelajaran, dirasa perlu [kalau bukan harus] untuk menginterpretasikan kembali seluruh materi pelajaran sekolah dengan muatan-muatan nilai yang Islami. Tujuan kurikulum pendidikan Islami tidak semata-mata mendorong anak didik untuk mampu berkomunikasi tanpa bimbingan orang lain dan sekaligus dapat memecahkan masalah dengan baik, akan tetapi lebih sebagai jiwa atau ruh dari pendidikan itu. Sebagaimana pendidikan yang diajarkan Rasulullah Muhammad saw., yang lebih mengutamakan akhlak bagi ummatnya “li utammima makarim al-akhlak“.
Tujuan pendidikan nilai pada dasarnya membantu mengembangkan kemahiran berinteraksi pada tahapan yang lebih tinggi serta meningkatkan kebersamaan dan kekompakan interaksi atau apa yang disebut Piaget sebagai ekonomi interaksi atau menurut Oser dinyatakan dengan peristilahan kekompakan komunikasi. Tujuan pendidikan nilai tidak dapat tercapai tanpa aturan-aturan, indoktrinasi atau pertimbangan prinsip-prisnip belajar. Namun sebaliknya, dorongan moral komponen pembentukan struktur itu sangat penting. Oleh karena itu, pendidik seharusnya tidak hanya sekedar membekali dan menjejali siswa dengan pengetahuan tentang tujuan serta analisis dari hubungan antara tujuan dengan alat (W. Sumpeno, 1996:27).
Pentingnya integrasi pendidikan nilai tersebut menjadi satu kerangka normatif dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagaimana diungkapkan Ali Asraf bahwa tujuan pendidikan Islam:
Pertama, mengambangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam dan mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks kehidupan modern.
Kedua, membekali anak didik dengan berbagai kemampuan pengetahuan dan kebajikan, baik pengetahuan praktis, kesejahteraan, lingkungan sosial, dan pembangunan nasional.
Ketiga, mengembangkan kemampuan pada diri anak didik untuk menghargai dan membenarkan superioritas komparatif kebudayaan dan peradaban Islam di atas semua kebudayaan lain.
Keempat, memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif, sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah.
Kelima, membantu anak yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya dengan berpijak pada hipotesis dan konsep-konsep pengetahuan yang dituntut.
Keenam, mengembangkan, menghaluskan, dan memperdalam kemampuan komunikasi dalam bahas tulis dan bahasa latin (asing).
E.     Model, Metode dan Pendekatan Pembelajaran yang Terintegrasi dengan Nilai-nilai Islami
Pemberian nilai-nilai Islami pada proses pembelajaran tentunya harus melalui etika dan pola pembelajaran yang sistematis mengikuti model, metoda, pendekatan sebagai bentuk strategi belajar mengajar yang digunakan sehingga tujuan dapat tercapai secara maksimal. Dibawah ini diuraikan beberapa model, metode dan pendekatan pembelajaran terpadu dalam pembelajaran.
a. Model-model Pembelajaran Terpadu
Achmad (2002:14) sebagaimana pendapat yang dikutipnya dari Fogarty (1991) mengungkapkan bahwa terdapat 10 model pembelajaran terpadu yang dikelompokan menjadi tiga tipe model:
Tipe Pertama, yaitu model pembelajaran terpadu dalam satu bidang studi (model Fragmented, Connected, dan Nested).
Tipe kedua, yaitu model pembelajaran terpadu antar bidang studi (model Sequened, Shared, Webbed, Threaded, dan Integrated).
Tipe ketiga, yaitu model pembelajaran terpadu dalam faktor diri siswa (model Immersed dan Networked)
Berdasarkan tipe model-model diatas, model yang sesuai dengan tema disini adalah model tipe kedua, jenis modelnya adalah model Threaded dan Integrated. Threaded merupakan model keterpaduan yang menghubungkan atau mengaitkan secara mendasar sehingga terdapat benang merah yang dapat menghubungkan dan dikembangkan lebih luas. Integated adalah model keterpaduan yang bertitik tolak pada persamaan topik/ konsep yang terjadi dari berbagai bidang yang dapat dirumuskan menjadi satu.
Sedangkan model-model pembelajaran terpadu yang digunakan oleh Imran Siregar dalam Riset Pendidikan Terpadu di Probolinggo Jawa Timur antara lain:
  1. Model Connected (model keterhubungan) adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan sehari-hari dengan tugas-tugas berikutnya, di dalam satu bidang studi.
  2. Model Webded (model jaringan laba-laba), model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.
  3. Model Integrated (model keterpaduan), model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antara bidang studi dengan menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi.
Berbeda dengan model laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam model keterpaduan tema-tema yang saling terkait dan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin di cari dan dipilih guru dalam tahap perencanaan program. Selain itu, pembelajaran terpadu juga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada dihadapan mereka.
b. Metode dan Pendekatan Terpadu
Dalam mengembangkan pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai Islami (agama), diperlukan suatu pedoman yang dapat digunakan untuk menerapkan dalam pembelajaran tersebut. Untuk itu diperlukan Broad Curriculum (Integrated Curriculum) yang pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Huxley pada tahun 1969 di London sebagaimana diungkapkan Harry Suderadjat (Achmad Barik Marzuq, 2002:16). Kurikulum yang terpadu pada pembelajaran dengan nilai-nilai Islami sangat diperlukan untuk mempermudah guru dalam mengimplementasikannya.
Pengejawantahan kurikulum yang terpadu pada proses pembelajaran, tentunya tidak terlepas dari bagaimana strategi belajar mengajar yang hendak disampaikan pada siswa, hal ini juga terkait dengan metode dan pendekatan apa yang harus di gunakan. Suharsimi Arikunto (1993:306-307) mendefinisikan metode, pendekatan dan strategi belajar mengajar adalah:
Metode mengajar adalah cara-cara atau teknik yang digunakan dalam mengajar, misalnya; ceramah, tanya jawab, diskusi sosiodrama, demonstrasi, dan eksperimen. Pendekatan lebih menunjukan pada bagaimana kelas dikelola, misalnya secara individu, kelompok dan klasikal. Steategi pembelajaran menunjuk kepada bagaimana guru mengatur keseluruhan proses belajar mengajar, meliputi: mengatur waktu, pemenggalan penyajian, pemiliham ,etode, dan pemilihan pendekatan.
Dengan mengetahui metode, pendekatan pembelajaran terpadu yang digunakan maka pada prosesnya dapat mencapai target  dan tujuan “nilai” pendidikan yang diharapkan. Pendidikan nilai bertujuan untuk menentukan sikap atau tingkah laku seseorang. Atmadi (2001:82) mengungkapkan bahwa metode yang ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan nilai tersebut  antara lain:
1.      Metode menasihati (moralizing) yaitu metode pendidikan nilai di mana seorang pendidik secara langsung mengajarkan sejumlah nilai yang harus menjadi pegangan hidup peserta didik. Dalam metode ini pendidik dapat menggunakan khotbah, berpidato, memberi nasehat atau memberi instruksi kepada peserta didik agar menerima saja sejumlah nilai sebagai pegangan hidup.
2.      Metode serba membiarkan (a laissezfaire attitude), yaitu metode pendidikan nilai dimana seorang pendidik memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk menentukan pilihan terhadap nilai-nilai yang ditawarkan oleh pendidik. Pendidik hanya memberikan penjelasan tentang nilai-nilai tanpa memaksakan kehendaknya sendiri bahwa nilai ini atau itu yang seharusnya dipilih oleh peserta didik tetapi setelah memberi penjelasan pendidik mempersilahkan peserta didik mengambil sikap sendiri-sendiri.
3.      Metode Model  (modelling) yaitu metode pendidikan nilai dimana seorang pendidik mencoba meyakinkan peserta didik bahwa nilai tertentu itu memang baik dengan cara memberi contoh dirinya atau seseorang sebagai model penghayat nilai tertentu, pendidik berharap peserta didik tergerak untuk menirunya.
Sedangkan metoda pendidikan nilai  yang dipakai oleh Sutajo Adisusilo (Atmadi, 2001:71-91) adalah metoda VCT (Value Clarification Technique). VCT adalah teknik pengungkapan nilai. Dengan metode ini nilai tidak diajarkan secara doktriner, namun disimpulkan atau ditemukan sendiri oleh peserta didik dari sejumlah kegiatan pengajaran. VCT merupakan cara atau proses di mana pendidik membantu orang atau peserta didik menemukan nilai-nilai yang melatarbelakangi tingkah lakunya serta pilihan-pilihan penting yang dibuatnya. Dalam kenyataannya peserta didik atau orang harus terus-menerus menentukan nilai sebagai dasar tindakannya.  
Pandangan  Harmin dkk., menunjukan bahwa VCT akan mengantar peserta didik mempunyai keterampilan atau kemampuan menentukan pilihan yang tepat sesuai tujuan hidupnya. Salah satu metoda VCT adalah dengan penyisipan pertanyaan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Maksudnya, ada pertanyaan tentang nilai yang sengaja disisipkan di awal, ditengah, atau diakhir pengajaran suatu mata pelajaran. Bentuk pertanyaan VCT beraneka ragam sesuai dengan tujuan yang diharapkan pendidik, diantaranya ialah:
Pertanyaan penjajagan (di awal pengajaran, di tengah, atau akhir pengajaran untuk pengecekan hasil sementara atau hasil akhir). Lontaran pertanyaan jenis ini bila terjawab oleh peserta didik, hendaknya jangan disusul oleh pertanyaan mencari alasan atau reasoning sebelum jumlah penjawab sesuai dengan harapan kita. Penghargaan (berupa pujian) jangan dahulu diberikan sebelum jumlah penjawab yang diharpkan terpenuhi. Penjajagan klarfifikasi dan pertanyaan reasoning yang dilakukan dalam proses belajar mengajar bukanlah performance test, dan jangan diberi nilai, karena membenihkan nilai jawaban demi jawaban akan mengunci dan membatasi anak dalam menjawab. (Atmadi, 2001:82-83)
Proses penilaian merupakan proses yang utama dalam pengembangan nilai dalam pembelajaran.  Barman (1097) dan Abdul Aziz (1996) mengemukan enam alternatif pendekatan bagi terjadinya proses valuing dalam pembelajaran antara lain pendekatan untuk pengembangan kognitif, penanaman nilai, perkembangan moral, kejelasan nilai-nilai (value clarificarion), belajar tindakan (action learning), dan analisis.
Pendekatan pengembangan kognitif akan lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk mampu mengembangkan pola-pola penalaran yang lebih kompleks didasarkan pada seperangkat nilai. Pendekatan penanaman nilai lebih bersifat indoktrinasi dalam pengembangan nilai.  Proses valuing dengan pendekatan ini lebih merupakan internalisasi nilai-nilai tertentu yang dimiliki guru dan masyarakat kepada diri anak atau mengubah nilai-nilai anak kearah nilai-nilai tertentu yang dikehendakinya. Pendekatan perkembangan moral membantu anak mengembangkan penalaran moralnya melalui penggunaan episode dilema moral sebagaimana yang dikembangkan Lawrence Kohlberg. Pendekatan kejelasan nilai-nilai memberikan kesempatan kepada anak untuk menyadari dan mengenal nilai-nilainya dan juga nilai orang lain, serta mengkomunikasikan secara terbuka nilai-nilai mereka. Tujuan utama pendekatan belajar tindakan ialah memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan nilai-nilainya melalui permainan  peran, simulasi, diskusi dan sebagainya. Pendekatan analisis menyediakan pengalaman belajar menggunakan pemikiran logis serta penyelidikan ilmiah untuk mengevaluasi isu-isu melalui diskusi, melakukan penyelidikan dan analisis kasus (Harry Firman, 1988:29).


BAB III
KESIMPULAN
1.      Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi
2.      Jenis-jenis model pembelajaran tematik beserta kelemahan dan keunggulannya
a.       Model terkait (Connected model)
b.      Model pembelajaran Jaring  laba- laba (webbed model)
c.       Model intregasi (intregated model)
3.      Pentingnya nilai-nilai islam dalam pembelajaran tematik
             kurikulum pendidikan islam tidak bisa hanya mengutamakan agama tetapi mengabaikan pengetahuan umum. Begitu juga sebaliknya, kurikulum di lembaga pendidikan islam tidak bisa mengutamakan pengetahuan umum saja dan mengabaikan pendidikan agamanya. Jadi antara pengetahuan umum dan agama harus seimbang. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan strategi pembelajaran yang bisa mengintegrasikan antara pengetahuan umum dengan nilai-nilai agama islam. Dan strategi yang dapat dijadikan sebagai pilihan adalah pembelajaran tematik.

1 komentar: